Rabu, 25 November 2020

UNTUKMU GURU

 


Pada momentum peringatan peringatan hari guru nasional, hari ini 25 November 2020. Sejenak, mengenang kembali semua jasa dan pengorbanan guru. Guru, terasa begitu trenyuh bila mengingat sosoknya. Semua tentu memiliki guru, dan semua pasti mengakui jasa guru. Seperti apa kita saat ini, ada peran besar guru. Guru adalah orang akan selalu kita kenang dalam hidup kita.

Dalam peradaban manusia, di manapun berada, seorang guru akan tetap dimuliakan dan dihormati. Dikisahkan dalam cerita “Mahabharata”, Pandawa pernah berguru pada Resi Durna, atau juga disebut Resi Druna. Resi Durna sebenarnya memiliki kedalaman ilmu, namun mempunyai karakter yang tidak layak dijadikan sebagai teladan. Pada peristiwa perang Baratayudha, Resi Durna memilih membela Kurawa yang menjadi musuh Pandawa. Yang menarik, meskipun berhadapan dalam medan perang dengan gurunya, Pendawa tetap menghormati dan memuliakan gurunya. Mungkin inilah makna dari menghormati guru sama artinya menghormati ilmu.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Barang siapa yang mengajariku satu huruf maka aku siap menjadi budaknya". Perkataan tersebut memberikan pelajaran penting bagi kita bahwa seorang guru memiliki posisi yang tinggi dihadapan murid-muridnya. Sebagaimana dalam tradisi pesantren, seorang santri mutlak menghormati Kiainya. Bahkan tidak sebatas pada Kiai yang membimbingnya, namun kepada putra dan putri Kiai, santri juga sangat menghormati. Semua dilakukan dengan ketulusan hati agar ilmu yang diperolehnya menjadi berkah.

Peran guru yang begitu bermakna, guru adalah mudararris orang yang menyampaikan dirasah atau pelajaran. Guru juga mu'allim, orang yang berusaha menjadikan murid-muridnya tahu, setelah sebelumnya mereka belum tahu. Tetapi guru tidak hanya terbatas pada urusan ilmu pengetahuan semata, namun sisi akhlaq juga sangat diperhatikan. Maka dari itu guru juga muaddib atau musyrif, orang yang mengajarkan adab (etika dan moral), sehinngga murid-muridnya menjadi lebih beradab atau mulia (syarif). Penekanannya lebih pada pendidikan akhlak, atau pendidikan karakter mulia.

Jelas tugas guru tidaklah ringan, dan kita bisa merasakannya saat ini, karena kita seorang guru. Semakin masyarakat mengalami kemajuan, semakin berat pula tantangan yang harus dipikul oleh sang guru. Guru menjadi benteng terakhir rusaknya moral bangsa. Tugas seorang guru memang berat, tapi bukankah untuk membangun generasi bangsa yang unggul tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. Semua pihak terkait harus ikut mengambil peran dalam membimbing anak-anak bangsa yang diharapkan menjadi manusia yang berilmu dan berakhlaq mulia.

Di jalur puncak jalan baru (Jowin),

Rabu 25 Nov, saat hujan mulai turun…

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...