Minggu, 08 Mei 2022

Puasa Ular, Atau Puasanya Ulat?

 



Selepas Ramadan, kita memasuki bulan Syawal yang sangat “sibuk”. Ia, masyarakat kita punya tradisi sillaturrahim pasca perayaan idulfitri. Sampai-sampai kita menganggap bulan Syawal adalah bulan meminta maaf dan waktu yang tepat untuk mengeratkan kembali hubungan antar saudara, kerabat, teman maupun dengan para tetangga.

Sebenarnya kita mengetahui, sillaturrahim seharusnya dilakukan tidak hanya pada bulan Syawal. Begitu pula meminta maaf kepada orang, tidak perlu menunggu datangnya bulan Syawal. Karena sudah menjadi tradisi yang telah berjalan lama, semua dirasa memang sangat pantas dan diterima secara luas. Idulfitri tanpa kunjung-mengunjungi serasa bukan perayaan hari besar. Buktinya selama dua tahun yang telah berlalu kita merayakan Idulfitri tanpa “gairah”, karena tidak ada mudik dan saling sillaturrahim.

Biarkan tradisi terus berjalan. Beginilah cara kita merayakan Idulfitri, yang tentunya berbeda dengan negara atau masyarakat lain. Tapi yang mesti kita perhatikan adalah ibadah kita pada bulan Syawal ini. Di saat bula Ramadan kita giat melaksanakan berbagai amalan wajib dan sunah, apakah di bulan Syawal kita masih dalam mode yang sama atau bahkan meningkat.

Bila ibadah di bulan Syawal semakin bagus, itu adalah tanda puasanya membawa dampak peningkatan ketaqwaan. Namun bila sebaliknya, ketika bulan Syawal kualitas ibadah kembali menurun seperti pada bulan-bulan sebelum Ramadan, sangat mungkin puasa Ramadan yang dikerjakan belum memberi “bekas” yang berarti. Puasa hanya sebatas ritual tahunan yang selalu diulang.

Yang benar, merayakan Idulfitri tidak hanya dengan baju yang baru. Namun dengan jati diri baru yang lebih baik. Seperti sebuah perumpamaan puasa ular dan kupu-kupu. Katanya, ketika hendak ganti kulit ular juga melakukan puasa. Tapi yang berganti hanya kulitnya saja, karena tabiat ular tidak berubah sama sekali. Sementara ulat, melakukan puasa untuk merubah dirinya secara total, karena bentuk tubuh hingga sifatnya berubah. Lalu, katagori puasa apa yang kita kerjakan?. Puasa ular atau puasanya ulat…….

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...