Sabtu, 25 September 2021

SENI MENYUNTING KATA #2



Ibarat sebuah pendakian, puncak gunungnya sebenarnya sudah kelihatan. Tinggal berapa tanjakan akan sampai ke tujuan. Tenaga memang sudah banyak berkurang tapi semangat semakin besar. Karena semua sudah sangat dekat tak mungkin lagi berbalik badan dan turun kembali.

Itu hanya ilustrasi. Saya menggambarkan proses menyelesaikan sebuah karya tulis (buku) itu bisa dikatakan berat laksana menaklukkan gunung. Tidak akan mungkin menyelesaikan sebuah buku dengan mengerjakannya sambil lalu, asal-asalan. Pasti seorang penulis akan berusaha melebihi batas kewajaran.

Sering di saat malam sudah setengah perputarannya, penulis belum akan berhenti karena masih ada saja yang harus diselesaikan. Menyunting naskah bukan pekerjaan yang bisa dilakukan dengan tergesa-gesa. Di sana ada kesabaran dan kesediaan untuk mengulang dengan rasa mendalam setiap kata-kata.

Tapi inilah indahnya menulis. Mungkin banyak yang akan mengatakan itu sangat membosankan. Tapi bagi penulis justru itulah seninya menulis, seninya menyunting kata. Ada ujian kesabaran, ujian ketahanan duduk selama puluhan menit, atau bahkan berjam-jam.

Nanti di saat semua selesai dan buku sudah terbit, semua akan terbayar lunas. Lelah dan usaha yang melebihi kelaziman akan berganti dengan kelegaan yang besar. Ini bukan urusan materi. Karena lebih sering apa yang kita kerjakan tidak sebanding dengan materi yang diperoleh.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...