Kamis, 28 Oktober 2021

FILOSOFI KOPI



"Urip iku koyo kopi, yen ndak iso nikmati rasane panggah pait". Hidup itu bagaikan secangkir kopi, jika kita tidak bisa menikmatinya yang dirasa hanyalah pahit. Dalam hidup ini banyak orang yang selalu merasa hidupnya kurang sempurna. Ia sering mengukur kebahagiaannya dengan ukuran orang lain. Padahal apa yang dilihat sering hanya sebuah fatamorgana. Amat banyak orang yang salah memahami tentang apa yang dia lihat. 

 

Seperti nasihat orang-orang bijak dulu. Urip iku mung Sawang sinawang, ungkapan yang maksudnya membanding-bandingkan kehidupan diri sendiri dengan orang lain. Ini juga mengandung ajaran untuk tidak membanding-bandingkan kehidupan seseorang dengan orang lain, karena apa yang dipandang belum tentu seindah atau semudah yang tampak. 

 

Bagaimana kita bisa menyimpulkan sesuatu yang hanya kita lihat. Padahal yang tidak terlihat oleh mata begitu kompleksnya. Apa yang tampak sering hanya bagian kecil dari entitas yang besar. Bisa saja kita melihat orang tersenyum sedangkan hatinya menangis pilu. Sangat mungkin penampilannya glamor, tapi hatinya jauh dari rasa bahagia.

 

Kita memang akan selalu berbeda dengan orang lain. Apa yang dimiliki orang lain belum tentu kita punya. Namun apa yang ada pada kita belum tentu juga orang lain memiliki. Semua sudah menjadi ketetapan-Nya. Ada yang dilebihkan, dan pasti ada sisi kurangnya.

 

Jangan mengejar apa yang belum ada, tapi bahagialah dengan apa yang telah ada. Mungkin ini makna syukur yang sejati. Karena dengan bersyukur Allah pasti akan mendatangkan dan melipatkan kebahagiaan. Jadi jalani hidup seperti sedang menikmati secangkir kopi.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...