Sabtu, 26 September 2020

MENGULANG MEMBACA


Saya sering heran, atau mungkin kagum dengan penulis besar, penulis yang produktif yang karyanya sudah begitu banyak. Seakan-akan mereka selalu memiliki ide baru yang segar, menarik untuk diabadikan dalam sebuah buku. Misalkan saja Buya Hamka, beliau adalah penulis yang serba bisa. Menguasai ilmu agama yang mendalam, namun juga seorang penulis novel yang mashur. Karya beliau “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” dan “Di Bawah Lindungan Ka’bah” begitu menyentuh jiwa pembacanya. Dan, puluhan karya yang lain sampai hari ini masih bisa kita nikmati. Contoh penulis lain Emha Ainun Najib, budayawan yang dulu mendapat julukan “Kiai Mbeling”. Juga memiliki karya yang luar biasa. Salah satu bukunya yang paling berkesan yang pernah saya baca adalah “Markesot Bertutur”. Bagi saya buku ini sangat lengkap isinya. Unsur humor dan kritik yang tajam namun disampaikan dengan dialektika yang menarik.

Membaca karya-karya penulis besar banyak memberikan pencerahan. Menggugah nalar dan membangkitkan kreativitas. Meskipun telah membaca lebih dari satu kali, namun seakan selalu ada yang baru yang terlewatkan. Ide yang disampaikan dan diulas dalam buah karya mereka adalah kekayaan sastra yang sangat bernilai.

Membaca menurut para penggiat literasi memang harus diulang-ulang. Tidak cukup sekali saja. Membaca sekali mungkin sudah mampu mengambil makna dan memahami maksud penulis, namun semakin diulang akan semakin mendalam pemahaman yang diperoleh. Seperti ungkapan Bapak Naim, beliau kalau membaca buku selalu menikmati seluruh bagiannya. Tidak tergesa-gesa untuk segera menyelesaikannya. Inilah model membaca yang baik.

Dulu biasanya kalau membaca buku saya lihat daftar isinya terlebih dahulu. Kemudian memilih judul-judul yang menarik kemudian dibaca. Itu biasanya saya lakukan kalau buku yang hendak saya baca tebal. Kini, mulai mencoba belajar membaca dengan benar, dimulai dari depan tertib sampai ke bab yang terakhir. Bahkan kata pengantar pun kalau bisa jangan ditinggalkan, karena itu juga bagian penting dari sebuah buku.

Penulis tentu memiliki konsep berpikir yang selaras. Sebuah karya memiliki keterkaitan antara bagian depan, tengah dan akhirnya. Dengan membaca secara tertib dan berurutan akan memperoleh gambaran besar dari kisah atau gagasan yang dipaparkan. Terakhir, apabila kita mampu membaca ulang kembali, itu nilai lebih yang akan semakin menyempurnakan interpretasi (wawasan pembaca).

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...