Senin, 28 September 2020

BUAH KETEKUNAN


Kita tentu pernah melihat orang yang menenun kain?. Bisa dibayangkan, sehelai demi sehelai benang disulam dengan teliti dan sabar hingga menjadi sebuah kain. Sungguh proses yang mencerminkan ketekunan luar biasa. Sehelai benang saja memiliki arti, karena tanpa sehelai demi sehelai benang kain tidak akan pernah jadi.

Teringat pada masa kecil dulu. Di sawah kampung kami banyak burung Manyar yang bersarang di pohon kelapa. Ternyata semesta alam telah mengajarkan pada kita, bagaimana burung manyar (weaver bird) membuat sarang. Burung Manyar adalah contoh konkret perilaku tekun. Burung ini di kenal sebagai burung penenun yang handal karena sangat cekatan dalam menenun daun, ranting, serat tumbuhan, ranting dan rumput-rumput kering menjadi sarang yang sangat indah.  Dalam waktu yang singkat burung ini bisa merangkai tangkai rumput dengan rajutan yang sangat kecil. Padahal burung ini membutuhkan ratusan atau bahkan ribuan tangkai rumput untuk dijalin. Bukan hanya bentuk sarang yang indah, desain sarang burung Manyar juga sangat rumit dan unik. Konstruksi atau arsitektur sarangnya sangat estetik. 

Sebuah refleksi. Belajar menulis pun mirip dengan orang yang menenun baju atau burung Manyar membangun sarangnya. Seorang penenun tadinya tidak punya kain sama sekali. Yang dia miliki hanyalah benang. Namun dengan dorongan hati yang kuat dan tekun, benangnya telah menjadi kain yang berharga. Penulis tadinya juga hanya punya ide yang terlintas. Namun begitu ide dituangkan, disalurkan, dirakit dalam untaian kata dan kalimat, maka dia kemudian memiliki hasil karya tulis.

Ada yang mengatakan, lebih baik memiliki konsep naskah yang jelek, karena masih bisa diperbaiki daripada hanya sebatas gagasan yang masih dalam angan-angan. Proses memperbaiki adalah jalan ketekunan dan kesabaran. Dengan ketekunan kita akan memiliki ilmu dan pengetahuan baru, dan dengan ilmu kita mampu mencari resolusi dari setiap kesulitan yang kita hadapi.

Apapun yang kita lakukan, jangan sampai kehilangan ketekunan. Karena ketekunan kita adalah daya tahan dan garansi keberhasilan. Serupa musafir. Selangkah dua langkah pun memiliki arti penting dalam mencapai tujuan yang dia capai. Selangkah yang dia ayunkan semakin mendekati tujuan yang hendak dia capai. Pikirkan, andai saja kemarin dia berhenti melangkah, maka hari ini dia tidak berada di sini sekarang. Setiap langkah akan menaikkan nilai diri. Untuk melengkapi kemampuan yang biasa-biasa saja kita butuh ketekunan dan sabar. Semua akan berbuah indah, akan indah seperti mekarnya kuntum bunga yang wangi dan menakjubkan seperti metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu.

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...