Senin, 08 Maret 2021

MENJAGA TRADISI LUHUR



"Kami tidak menggunakan bahasa Indonesia, namun bahasa Jawa. Orang tua saya bicara bahasa Jawa. Anak-anak saya dalam pendidikannya menggunakan bahasa Belanda, namun di rumah kami berbahasa Jawa”. Itulah pernyataan seorang calon presiden di Suriname, Raymond Sapoen yang diketahui berdarah Banyumas, Jawa Tengah. Hal itu diakui langsung oleh Raymond yang pernah menjadi menteri Suriname. "Saya adalah generasi ketiga. Saya punya catatan tentang leluhur saya, namun yang pasti adalah mereka berasal dari Banyumas," ujar Raymond dalam percakapan telepon dari Paramaribo, Suriname.  Dikutip Liputan6.com dari BBC, Sabtu (7/2/2015).

Ini tentu pernyataan sangat menarik, terutama bagi kita orang Jawa. Seorang menteri dan calon presiden di sebuah negara nun jauh di sana (Suriname), masih menjaga tradisi leluhurnya. Dia bangga terlahir sebagai orang yang berdarah Jawa, sehingga hingga kini masih melestarikan Bahasa Jawa. Tentu Bahasa Jawa versinya sudah tidak sama dengan Bahasa Jawa kita saat ini. Itu hal yang wajar karena nenek moyang mereka (Orang Jawa) tiba di Suriname sudah lebih dari 100 tahun yang lalu.

Sementara orang “asing” bangga dengan Bahasa Jawa, justru banyak orang Jawa yang hilang Jawanya. Seperti ungkapan para sesepuh, “Wong jowo ilang jawane”. Orang Jawa banyak yang kehilangan jati dirinya. Kehilangan adab tata kramanya, tidak mengerti bahkan membuang ajaran atau kaweruh leluhurnya.

Sudah banyak bukti yang menunjukkan, bahwa kita di ambang kehilangan jati diri sebagai Orang Jawa. Generasi muda banyak yang tidak mengerti Bahasa Jawa halus (kromo inggil) yang seharusnya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Karena sejak kecil banyak anak yang dibiasakan menggunakan Bahasa Indonesia (atau bahkan Bahasa Inggris). Padahal tanpa diajarkan Bahasa Indonesia pun, sudah pasti dia nanti akan mengerti juga, karena ketika sekolah menggunakan bahasa pengantar Bahasa Indonesia.

Budaya adalah jatidiri, jatidiri adalah identitas, kehilangan identitas akan melahirkan krisis kemanusiaan. Bahasa Jawa adalah budaya kita, bahasa ibu kita, dan kita harus melestarikannya karena itu adalah bagian dari identitas kita. Kita bangga bila anak-anak muda generasi harapan kita menguasai berbagai bahasa asing. Namun kita lebih bangga bila mereka tetap menjaga jati diri dan tradisi luhur orang tua. Jangan sampai orang Jawa lupa identitas dan meninggalkan Jawa-nya.

Selamat Istirahat.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...