Sabtu, 20 November 2021

MEREKA LEBIH “ISLAMI” #2



Ada dua unsur yang semestinya tidak bisa dipisahkan yakni aqidah dan akhlaq. Tidak bisa dikatakan berislam dengan benar bila hanya beraqidah tapi tidak berakhlaq. Atau sebaliknya memiliki akhlaq yang baik terhadap sesama namun aqidahnya tidak benar.

Berkembangnya Islam di negara-negara eropa saat ini tidak lepas dari budaya mereka yang sudah “Islami”. Konsep ajaran Islam dengan mudah diterima karena tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang telah diterapkan dalam masyarakat mereka. Islam menghargai hak orang lain, mengajarkan disiplin dan tolong-menolong, yang semua itu sangat sesuai dengan budaya mereka yang egaliter.

Bila non muslim bisa menerima dan memiliki budaya yang cenderung Islami, justru umat Islam banyak yang perilakunya kurang Islami. Seharusnya tidak ada lagi sandal yang hilang di masjid bila dia sudah berislam dengan baik. Semestinya negara-negara mayoritas Muslim juga tidak terus disebut “tertinggal” dari barat.

Umat Islam seakan melupakan ayat-ayat al-Quran. Ayat pertama turun dengan perintah bacalah. Allah subhanahu wa ta’ala melalui ayat-ayat-Nya sesungguhnya mendorong orang-orang beriman agar menggunakan akalnya untuk berpikir secara optimal. Maknanya kita harus selalu belajar dan berpikir terbuka. Sebab jika hanya berpegang pada cara pikir sempit justru bisa menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam.

Islam pernah memiliki peradaban yang tinggi. Maju di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial dan budaya. Islam maju karena memegang ajarannya dengan sempurna (totalitas). Dan di saat umat Islam mulai jauh dari Islamnya, di saat itu pula kita menglami kemunduran.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...