Sabtu, 20 Februari 2021

MENGGALI HIKMAH


Dalam mitologi dikisahkan. Ketika seorang Wali melintas di sebuah sawah, dia menjumpai seekor katak yang sedang digigit ular sawah hendak dijadikan mangsa. Si Katak meronta-ronta dan meminta tolong pada sang wali. Mendengar jeritan katak Sang Wali berhenti dan diam sesaat. Selanjutnya dia berteriak keras, “Uuuu…..”. Karena kaget gigitan ular terlepas. Katak secepat mungkin meloncat, menjauh dari hadapan pemangsanya.

Setelah kejadian tersebut, suatu saat Si Katak bertemu kembali dengan Sang Wali. Si katak menyampaikan ucapan terima kasih karena merasa telah ditolong pada saat hampir dimangsa ular. Kemudian karena masih penasaran, Si Katak bertanya kepada Sang Wali, apa maksud teriakannya dulu. Sang Wali tersenyum dan berkata, maksud saya teriakan Uuu… itu “Uculo” (lepaslah). Katak merasa puas karena telah mendapat jawaban dari perkara yang selama ini masih belum ia pahami.

Dalam kesempatan yang berbeda, Sang Wali bertemu juga dengan ular. Ternyata ular juga menyimpan rasa penasaran dengan peristiwa kegagalan dia memangsa katak gegara keget dengan teriakan keras Sang Wali. Ular pun meminta klarifikasi langsung  “insiden” pahit yang menimpanya dulu. Mengapa dulu berteriak sehingga mengagetkan dan menjadikan lepas calon makan siangnya. Dan, Sang Wali dengan bijak menjawab, “Uuu..” itu maksudnya “Untalen” (telanlah). Lagi-lagi jawaban Sang Wali membuat ular merasa puas. Karena dia merasa dibela kepentingannya.

Tentu itu semua hanyalah semacam dongeng (cerita) untuk sanepan pentingnya kebijaksanaan. Apa yang dilakukan oleh Sang Wali seakan merupakan sikap yang ambigu dan tidak konsisten. Satu sisi dia terkesan dia ingin menolong katak, tapi dari sudut lain dia semacam menjadi pendukung ular. Namun kenyataan sebenarnya itu adalah sebuah keputusan yang sangat bijaksana.

Sudah sunatullah, katak diciptakan Allah menjadi makanannya ular. Itu hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak rantai makanan yang ada di semesta alam ini. Sebagaimana “nasib” kijang menjadi santapan harimau atau singa. Jelas kita tidak bisa mengatakan harimau atau singa adalah makhluk yang jahat karena “pekerjaannya” selalu membunuh kijang.

Dan pada peristiwa ular yang hendak memakan katak, Sang Wali menghadapi sebuah dilema. Andai saja secara terang-terangan menolong katak, dia dzalim karena mencegah ular mendapatkan rezekinya. Tapi bila dia diam saja mendengar permintaan tolong katak, kesannya dia kejam. Sebuah cerita yang kita bisa banyak menggali hikmah, semoga…..

 

Selamat Istirahat.

 


Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...