Rabu, 08 September 2021

BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM



Idealnya seorang muslim itu perkataannya selalu baik. Dari hati yang bersih semestinya akan keluar kata-kata yang pula. Perumpamaannya seperti lebah. Apa yang dimakan baik (nektar), dan apa yang dikeluarkan juga baik (madu).

Namun dalam keseharian kita, sudah pasti pernah bertuturkata yang tidak baik. Berkata kasar, mencela bahkan ghibah. Itu sebenarnya manusiawi karena kita memang manusia biasa yang banyak salah dan lupa.

Tidak hanya kata yang keluar dari lisan. Tapi apa yang diketik oleh jari-jemari kita berupa status di medsos maupun berkomentar. Bahasa jari sama dengan bahasa lisan. Bahkan bahasa jari lebih luas jangkauannya. Lebih banyak yang “mendengarmya” dan lebih dahsyat akibatnya.  

Orang keliru berkata itu biasa. Sebenarnya kesalahan terbesarnya bila tidak segera sadar dan memperbaiki diri. Ada satu waktu yang tepat untuk refleksi harian kita, yakni malam menjelang tidur. Muhasabah apa yang telah dikerjakan seharian tadi, apa saja yang telah dikatakan oleh lisan kita.

Bagai seorang siswa yang memeriksa lembar jawaban soal ujiannya. Dia bisa melihat mana jawaban-jawaban yang keliru, selanjutnya ia berusaha sungguh-sungguh untuk memperbaiki semua kesalahannya. Begitu pula yang kita lakukan. Selalu memperbaiki cara berkata. Bila tidak bisa sebaiknya diam. Belajar menjadi menjadi pendengar yang baik. Tahan selalu lisan dan jari, dan berpikir baik dan buruknya sebelum berkata.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...