Sabtu, 24 April 2021

Ramadhan dan Tradisi “Bukber”



Sudah menjadi hal yang lazim, di bulan Ramadhan ini kita membuat acara buka bersama. Bukan hanya di tempat kerja atau lingkup keluarga besar, acara bukber juga sering dilakukan berbagai komunitas. Beberapa masjid juga memiliki tradisi menyiapkan buka bersama bagi jamaahnya. Tradisi bukber bahkan tidak hanya diikuti umat Islam yang berpuasa, umat non muslim pun sering mengadakan buka bersama sebagai bentuk penghormatan.

 

Buka puasa dengan cara makan bersama akan lebih baik dibanding dengan makan sendirian. Memang saat ini intensitas bukber tidak sebanyak sebelum masa pandemi. Banyak acara bukber yang harus dibatalkan karena khawatir menimbulkan kerumunan masa. Esensi dari buka bersama atau bukber adalah kebersamaan. Dan ini sebenarnya adalah sunah Nabi. Bahkan dalam riwayat disebutkan, Nabi Ibrahim setiap hendak makan berjalan mencari siapa saja untuk diajak makan bersama.

 

Menjamu makan orang, apakah itu saudara, teman, tetangga atau siapa saja merupakan perbuatan sangat mulia karena menjadi anjuran dalam Islam untuk memperoleh kemudahan menuju surga Allah. Makan berjamaah atau berkelompok adalah cara makan yang disunahkan dan lebih mengikuti Rasulullah. Makan secara bersama-sama ini  dapat mendatangkan keberkahan dari Allah. Selain itu dapat menjalin eratnya kekerabatan dan kekompakkan antarsesama.

 

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau  bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya”. Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (H.R. Abu Daud). Dikisahkan dalam peristiwa persiapan perang Khandaq, Rasulullah memberi keteladanan dengan makan bersama. Ketika sahabat Jabir hendak menjamu makan Rasulullah, maka beliau mengajak para sahabatnya untuk makan bersama setelah makanan yang disiapkan keluarga Jabir didoakan oleh Nabi.

 

Meski memiliki manfaat dan bagian dari sunah Nabi, namun harus hati-hati ketika membuat acara buka bersama. Waktu shalat Maghrib bisa dikatakan pendek. Bila tidak membuat perencanaan acara yang baik, bisa jadi shalat Maghribnya akan terlewat waktunya. Tentu menjadi kerugian yang besar, berharap berkah makan bersama tapi kehilangan hal yang lebih penting untuk diutamakan.

 

 




 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...