Selasa, 10 Mei 2022

KUPATAN, KHAZANAH BUDAYA NUSANTARA



Budaya leluhur kita memang kaya ragamnya. Mungkin perayaan hari raya Idulfitri yang paling meriah di dunia hanya ada di negeri kita Indonesia. Di tempat lain, negeri yang mayoritas Islam hari raya Idulfitri tidak begitu dirayakan secara besar-besaran. Bahkan di Arab Saudi katanya hari raya Idulfitri masih kalah semaraknya dengan perayaan tahun baru Hijriyah.

Hanya di Indonesia hari raya Idulfitri dirayakan sampai tujuh hari, dan puncaknya adalah “kupatan” yang dilaksanakan setiap tanggal delapan Syawal. Banyak yang “menafsiri” kata kupatan berasal dari Bahasa Arab “kafatan” yang artinya sempurna. Setelah umat Islam melaksanakan puasa Ramadan selama satu bulan, pada tanggal dua Syawal disambung dengan puasa sunah selama enam hari. Pada hari kedelapan bulan Syawal dirayakan dengan memakan ketupat.

Tradisi makan ketupat tersebar di seluruh penjuru negeri. Apalagi setiap daerah punya cara makan ketupatnya masing-masing. Ketupat sudah menjadi bagian dari budaya makanan Indonesia. Ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dimasukkan dalam anyaman janur atau daun kelapa muda berbentuk persegi empat yang kemudian direbus dalam tempo yang lama.

Filosofi kupatan ata kafatan adalah bentuk penyempurnaan ibadah puasa. Sebagaimana sabda Rasulallah; Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian ditambah dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Makna kupatan adalah lambang kesempurnaan puasa wajib yang ditambah dengan puasa sunah.

Jadi, perayaan kupatan bukan hanya perayaan makan bersama. Kupatan “sepantasnya” memang dirayakan bagi mereka yang telah menuntaskan puasa sunah dui bulan Syawal. Bagi kita yang belum melaksanakan puasa Syawal, tentu boleh-boleh saja ikut meramaikan acara kupatan. Kalau belum ada ketupat, “lontongan” saja…..

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...