Senin, 15 Maret 2021

Prof. Salim, Pecinta Buku Sejati



Nama lengkap dan gelar beliau adalah Prof. Salim Haji Said, Ph.D.. Beliau merupakan putra kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan. Prof. Salim adalah seorang akademisi Indonesia keturunan Bugis yang dikenal sebagai guru besar sekaligus penulis yang telah menelurkan banyak buku bertema film, politik, dan militer.

Hobi menulisnya telah terasah sejak masih remaja. Tulisan-tulisannya mengenai sastra dimuat dalam Mimbar Indonesia, Bahasa dan Budaya, Horison, Budaya Jaya, dan lain-lain. Hasil karya buku yang ia tulis di antaranya ialah Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini, dan Kelak, Profil Dunia Film Indonesia, 'Dari Festival ke Festival: Film-film Manca Negara dalam Pembicaraan', 'Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi: Perkembangan Pemikiran Politik Militer Indonesia', '1958-2000', dan 'Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian'. Dan masih banyak lagi.

Sebagai sosok pecinta buku, koleksi buku Prof. Salim bisa dibilang cukup banyak yakni sejumlah 10.000 koleksi buku yang dia kumpulkan sejak SMA. Bahkan koleksi bukunya banyak yang dibeli ketika beliau keliling di negara-negara eropa saat menjadi wartawan. Dan kini, di usianya yang sudah masuk 77 tahun, ia pun masih aktif membaca dan menulis buku. Terlebih dalam masa pandemi, beliau mengaku kegiatan sehari-hari hanya membaca buku, menulis dan memberi kuliah via Zoom.

Dalam wawancara  dengan host Indy Rahmwati di kanal Youtube, Prof. Salim Said menyampaikan bahwa koleksi bukunya semua akan dihibahkan ke UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta. Ia berharap kelak bila sudah meninggal dunia, buku-buku koleksinya tetap dibaca dan bermanfaat bagi masyarakat (pembaca).

Prof. Salim adalah sosok pembaca dan penulis yang produktif. Bahkan di usianya uang sudah sepuh ia tidak kehilangan semangat berkarya. Buku-bukunya akan menjadi khazanah ilmu yang bisa terus dinikmati oleh banyak orang. Beliau memilih meninggalkan warisan (buku) yang lebih bernilai dari harta. Karena ilmu yang dikandung di dalamnya akan lebih berharga daripada emas dan permata. Dan, berkat membaca menjadi jalan mendapat banyak ilmu dan bisa menjadikan seseorang lebih arif bijaksana.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...