Kamis, 24 Juni 2021

Pandemi dan “Gelombang” Depresi



Pandemi global yang telah melanda, kini memunculkan dampak sosial di beberapa negara. Banyak masyarakat dunia dilanda depresi akut disebabkan situasi sulit yang berkepanjangan. Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus-menerus merasa sedih dan tertekan serta kehilangan minat dalam beraktivitas, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup sehari-hari.

Yang menarik, justru banyak negara-negara yang disebut sebagai negara maju, warganya justru terdampak gelombang depresi imbas pamdemi Covid-19 yang belum juga berakhir. Bahkan kasus depresi berujung bunuh diri meningkat tajam. Sebut saja Jepang. Menurut data sebuah media online; jumlah kematian karena bunuh diri di Jepang sepanjang bulan Januari–Oktober 2020 lebih tinggi dari jumlah kematian karena terpapar COVID-19.

Dalam data statistik tersebut, disebutkan bahwa jumlah orang yang meninggal akibat bunuh diri hingga bulan Oktober tahun lalu meningkat 3,7% menjadi 20.919 orang, sementara jumlah orang yang meninggal karena pandemi tercatat lebih rendah, yakni di angka 3.460 orang.

Kembali mengutip dari warta media digital, angka bunuh diri di Jepang sejak pandemi COVID-19 melanda negara tersebut mengalami lonjakan untuk pertama kalinya dalam 10 tahun. Hal ini umumnya disebabkan karena kondisi perekonomian yang semakin sulit serta banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan sumber pemasukannya.

Rapuhnya mental dalam menghadapi situasi yang sulit, ternyata lebih mengerikan dari akibat serangan virus yang mematikan sekalipun. Ini adalah pembelajaran kita sebagai orang beriman. Tentu bisa disimpulkan, kesiapan mental dalam menghadapi berbagai tekanan hidup, selalu ikhtiar dan tawakkal dan senantiasa bergantung hanya kepada Allah semata akan menjadikan daya tubuh meningkat.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...