Rabu, 10 November 2021

Menulis, Membaca Tulisan Sendiri



Dalam sebuah interview, seorang bintang film mengatakan bahwa ia tidak pernah menonton filmnya sendiri. Ini bagi penggemar film tentu aneh. Mengapa proses produksi film yang prosesnya begitu panjang dan mahal setelah jadi justru tidak ditonton oleh pemerannya sendiri.

Sama halnya dengan seorang penulis. Seorang penulis mengatakan, ketika membaca tulisan sendiri, entah itu yang sempat dipublikasikan, maupun yang tidak sempat dan hanya disimpan sebagai kenang-kenangan, dia merasa muak dan jengkel dengan tulisan sendiri. Penulis yang lain ketika membaca karyanya yang telah lampau, dia merasa malu.

Mungkin banyak penulis yang tidak pernah membaca buku yang dia tulis. Karena dia tidak tertarik dengan isi buku yang seluruhnya sudah dia pahami seluk-beluknya. Bahkan ia tahu persis proses dan tahapan penyusunan dari awal hingga selesai.

Yang terjadi sebenarnya, seorang penulis ketika sedang menulis telah membaca tulisannya sendiri. Yakni membaca semua apa yang telah ditulis tak tertinggal sampai dengan titik dan komanya. Bahkan ia tidak hanya sekali membaca, namun sudah berulang kali. Ketika sebuah tulisan sudah selesai, penulis akan menyunting kembali hasil karyanya. Lagi-lagi ia akan membaca dengan cermat. Bukan sekali saja ia menamatkan buku yang ia tulis, tapi sudah mengulang berkali-kali. Jadi faktanya, penulis pasti membaca buku yang dia tulis ketika dalam proses penyusunannya.

Proses yang begitu panjang, bolak balik membuat penulis sudah “muak” dengan bukunya. Tidak ada sedikitpun rasa penasaran dalam dirinya. Tentu sangat berbeda ketika membaca buku karya penulis lain. Akan banyak hal baru yang mungkin didapatkan ketika ia mulai membbuka dan membacanya.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...