PEMBELAJARAN
DARING, ANTARA
TUNTUTAN ZAMAN DAN PROBLEMNYA
Salah satu tujuan negara yang termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan sebuah kesadaran
para Bapak pendiri bangsa kita (The Founding Fathers), bahwa keunggulan bidang
pendidikan adalah elemen yang sangat fundamental. Kemajuan bidang pendidikan akan
selaras dengan kemajuan sosial budaya, sistem politik maupun ekonomi. Fakta
membuktikan, negara-negara yang dikatagorikan maju linier dengan sistem
pendidikan mereka yang telah mapan. Sistem pendidikan yang berkualitas menghasilkan
Sumber Daya Manusia yang berkualitas pula.
Membangun kemajuan sebuah bangsa idealnya dimulai
dari membangun pendidikannya. Kita seharusnya berkaca pada Jepang. Pasca perang
dunia kedua, Jepang porak poranda. Negara mengalami kehancuran dalam semua
aspeknya. Andai kita analogikan dengan lomba lari, sebenarnya negeri kita
dengan Jepang berada pada garis start yang sama pada waktu itu (tahun 1945).
Bedanya, Jepang lebih fokus membangun sistem pendidikannya, sementara kita
masih diributkan dan disibukkan dengan masalah keamanan dan politik. Hasilnya
saat ini, Jepang sudah jauh leading di depan kita.
Wajah dunia pendidikan kita sampai saat ini masih
suram, masih jauh untuk dikatakan maju. Itulah realitasnya. Berbagai problem
pendidikan yang mendera negeri kita seakan-akan seperti benang kusut yang susah
diuraikan. Kompleksitas pendidikan dapat ditinjau dari kompetensi guru yang masih rendah, disparitas
antara wilayah yang sudah mapan dengan daerah yang terpencil secara prasarana
pendidikan, rendahnya minat baca dan kemampuan sains dan berbagai masalah pelik
lainnya. Kalau kita merujuk penilaian dari Programme for International Student
Assessment (PISA), berdasarkan survei tahun 2018 Indonesia masih berada dalam
urutan bawah. PISA sendiri merupakan metode penilaian internasional yang
menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia di tingkat
internasional. Kita anggap saja penilaian PISA itu benar, atau mendekati benar.
Untuk nilai kompetensi Membaca, nilai Matematika dan nilai Sains berada pada
kisaran 70 dari 79 negara yang dinilai. Tentu ini hasil yang belum
membanggakan. Dan nilai tersebut cenderung stagnan, tidak ada progres yang
signifikan dalam belasan tahun terakhir
Saat ini, salah satu strategi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, adalah
mendorong ratusan Organisasi Penggerak untuk mendampingi guru-guru di Sekolah
Penggerak. Selain itu, juga menggunakan platform teknologi pendidikan berbasis
mobile dan bermitra dengan perusahaan teknologi pendidikan (education
technology) kelas dunia.
Bila kita renungkan dengan mendalam langkah
Kemendikbud adalah sebuah revolusi di dunia pendidikan. Perubahan pola
tradisional menuju sistem pendidikan modern. Cetak biru pendidikan era digital
diawali dengan mereposisi guru. Menggeser dominasi guru merupakan langkah
penting dalam pembelajaran. Guru tidak lagi dimaknai sebagai figur yang serba
tahu, serba bisa namun harus dimaknai sebagai mitra dan fasilitator dalam
kegiatan belajar.
Ketika Pandemi mulai melanda pada awal Maret 2020,
dunia pendidikan adalah sektor yang terkena dampak serius. Pertemuan tatap muka
yang sudah tidak bisa dilaksanakan sejak medio Maret 2020 yang lalu berubah
menjadi pembelajaran dalam jaringan atau belajar jarak jauh. Sebenarnya sistem
pembelajaran dalam jaringan, cepat atau lambat akan tetap diterapkan. Ada atau
tidak adanya pandemi Corona, pembelajaran dalam jaringan akan tetap menjadi
alternatif pembelajaran.
Bagi sekolah atau madrasah di daerah pinggiran
atau terpencil, penerapan pembelajaran daring menimbulkan banyak persoalan
teknis. Bagaimanapun juga, pembelajaran dalam jaringan jarak jauh membutuhkan
bantuan teknologi yang mumpuni dan dapat diakses dengan mudah. Bagai sebuah
anomali bila kami mengurai bagaimana membuat pembelajaran dalam jaringan yang
efektif dan menyenangkan, sementara sekolah kami masih menghadapi berbagai
masalah mendasar pembelajaran secara daring seperti ketersediaan Smartphone
siswa, Laptop atau komputer, Kuota internet, Aplikasi maupun SDM Pendidik belum
terpenuhi dengan baik.
Pembelajaran dalam jaringan di masa pandemi Covid-19
di madrasah kami menggunakan aplikasi e-learning dari Kemenag. Selain itu grup
WhatsApp siswa dan platform You Tube dimanfaatkan pula untuk media belajar
jarak jauh. Sejak awal pembelajaran daring dimulai, kami sudah membuat komitmen
dengan wali murid. Bahwa, pengawasan, pendampingan dan dorongan terhadap siswa
sepenuhnya menjadi tanggung jawab wali murid. Guru membuka ruang komunikasi
seluas-luasnya. Semua masukan dan saran wali murid menjadi acuan perbaikan untuk
pembelajaran selanjutnya bisa berjalan lebih efektif. Intinya ada keterbukaan
informasi dan komuikasi.
Tidak ada sistem yang sempurna. Semua memiliki
titik lemah dan kelebihan sendiri-sendiri. Pembelajaran dalam jaringan adalah
pilihan ideal di zaman digital yang tidak serta-merta harus meninggalkan
pembelajaran sistem konvensional tatap muka di kelas. Dalam pembelajaran jarak
jauh selama ini, sudah banyak temuan permasalahan. Yang paling utama adalah
pembentukan karakter siswa. Penanaman akhlaq terhadap peserta didik tetap memerlukan
kontak langsung, sepertinya tidak ada formula yang paling baik selain itu.