Kamis, 07 Mei 2020

KISAH PERANG HUNAIN DAN RAMPASAN PERANG

Tidak berselang lama dari peristiwa Penaklukan Kota Makkah, Rasulullah SAW dan para sahabatnya diserang oleh kabilah-kabilah di sekitar kota Makkah yang tidak mau tunduk terhadap Islam. Peristiwa ini dikenal dalam sejarah sebagai ‘Perang Hunain’. Dalam perang ini kaum muslimin memperoleh harta rampasan yang banyak. Dalam riwayat disebutkan berupa enam ribu tawanan, dua puluh empat ribu onta, empat puluh ribu domba lebih dan empat ribu uqiyah emas. Bila satu uqiyah emas sebanding dengan 31,75 gram, dengan harga emas sekarang sekitar Rp.800.000, maka satu uqiyah emas senilai Rp.25.400.000. Bila kita hitung keseluruhannya harta rampasan (Ghanimah) yang diperoleh Nabi Muhammad SAW dan umat Islam pada waktu itu jumlahnya ratusan milyar, sungguh jumlah yang sangat besar. Harta rampasan perang tadi disimpan di Ji’ranah dan selanjutnya dibagi.

Rasulullah membagi harta rampasan perang pertama kali kepada orang-orang yang baru masuk Islam setelah peristiwa Fathu Makkah, orang-orang yang iman di hatinya masih lemah mendapat bagian yang relatif besar. Abu Sufyan diberi empat puluh uqiyah emas dan seratus onta, itupun dia masih meminta untuk bagian anaknya Muawiyah dan Yazid dengan jumlah yang sama. Para pemuka kaum Quraisy yang sebelum penaklukan kota Makkah begitu keras memusuhi Nabi justru mendapat bagian yang banyak.

Setelah memberikan bagian kepada para Mualaf kota Makkah yang ikut perang Hunain, Nabi memanggil Zaid Bin Tsabit agar mendatangkan sisa harta rampasan perang dan mengumpulkan semua orang. Masing-masing orang mendapat bagian empat ekor unta dan empat puluh domba. Jika dia seorang penunggang kuda, maka dia mendapat bagian dua belas ekor unta dan seratus dua puluh ekor domba.

Peristiwa pembagian Ghanimah yang dilakukan oleh Nabi pada awalnya dipahami oleh orang-orang Anshar tidak adil. Mengapa orang yang baru masuk Islam mendapat bagian yang besar, padahal mereka belum banyak berjuang dalam Islam, sementara para sahabat Anshar yang telah membela Nabi dan sudah banyak ikut dalam peperangan memperjuangkan agama Islam justru mendapat bagian yang kecil. Ada riwayat yang menyebutkan kaum Anshar berkata “Demi Alllah Rasulullah telah bertemu kaumnya sendiri”. Kaum Anshar merasa tidak puas dengan sistem pembagian tersebut, karena mereka tidak mendapat apa-apa.

Lalu kemudian Sa’d bin Ubadah menemui Rasulullah menyampaikan aspirasi sahabat-sahabat Anshar masalah ketidakpuasan mereka terhadap keputusan Nabi. Nabi bersabda, “Kumpulkan kaummu di kandang ini”

Sa’d bin Ubadah mengumpulkan semua orang Anshar di kandang yang dimaksud Nabi. Ada beberapa Muhajirin yang ikut datang namun oleh orang Anshar ditolak masuk. Setelah semua orang Anshar berkumpul, Sa’d mengabarkan kepada Rasulullah, lalu beliau mendatangi mereka. Setelah memuji Allah dan mengangungkannya, beliau bersabda, “Wahai semua orang Anshar, ada suara kasak kusuk yang sempat kudengar dari kalian dan di dalam diri kalian ada perasaan yang mengganjal terhadap aku. Bukankah dulu aku datang sementara kalian dalam keadaan sesat lalu Allah memberikan kalian petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin lalu Allah membuat kalian kaya juga menyatukan hati kalian?
Mereka menjawab, “Begitulah. Allah dan Rasul-Nya lebih murah hati dan lebih banyak karunianya”.
“Apakah kalian tidak ingin memenuhi seruanku wahai semua orang Anshar?” tanya beliau.
Mreka ganti bertanya,”Dengan apa kami harus memenuhi seruanmu wahai Rasulullah? Milik Allah dan Rasul-Nyalah anugerah dan karunia” 

Beliau bersabda, “Demi Allah, kalau kalian mau, sementara kalian bisa membenarkan dan dibenarkan, maka kalian bisa berkata, ‘Engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan, namun justru kami membenarkan engkau, dalam keadaan lemah dan kamilah yang justru menolong engkau, dalam keadaan terusir dan justru kamilah yang memberikan tempat dan menampung engkau’. Apakah di dalam hati kalian masih membersit hasrat keduniaan, yang dengan keduniaan itu aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam, sedangkan terhadap ke-Islaman kalian aku sudah percaya? Wahai semua orang Anshar apakah kalian tidak berkenan di hati jika orang-orang lain pergi membawa domba dan onta, sedangkan kalian kembali bersama Rasul Allah ke tempat tinggal kalian? Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk orang-orang Anshar. Jika orang-orang menempuh suatu jalan di celah gunung, dan orang-orang Anshar menempuh suatu celah gunung yang lain, tentu aku akan memilih celah yang ditempuh orang-orang Anshar. Ya Allah, rahmatilah orang-orang Anshar, anak orang-orang Anshar dan cucu-cucu orang Anshar”.
Mereka pun menangis sesenggukan hingga jenggot mereka menjadi basah oleh air mata. Mereka berkata, “Kami ridha terhadap Rasulullah dalam masalah pembagian dan bagian”. Setelah itu beliau kembali ke tempat semula dan mereka bubar.*
Ternyata pembagian yang dilakukan Nabi sudah didasarkan pertimbangan yang sangat matang dan bijaksana. Sebab di dunia ini banyak orang yang bisa dihela kepada kebenaran lewat perutnya dan bukan dari akalnya, sebagaimana binatang yang bisa digiring karena ada seikat dedaunan yang disodorkan ke dekat mulutnya, hingga dia masuk ke kandangnya dengan aman. Begitu pula manusia yang membutuhkan variasi bujukan untuk menyusupkan iman.


*Dikutip dari Sirah Nabawiyah

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...