Selasa, 28 September 2021

PENGEMIS ILMU



Kita tahu bahwa mencari ilmu itu tidak ada batas usianya. Dari saat masih dalam gendongan ibu tercinta hingga tiba ajal menjemput. Tapi lazimnya tradisi dalam masyarakat kita, praktiknya tidak demikian. Mencari ilmu biasanya akan mencapai titik kulminasi bila sudah menikah. Katanya "Tholabul ilmi minal mahdi ila rabi".

Disaat seseorang telah memulai kehidupan rumah tangga dia akan disibukkan dengan berbagai urusan seputar keluarga. Sehingga tak ada lagi waktu yang tersisa untuk melanjutkan mencari ilmu. Di sisi lain semangat tidak lagi sama ketika dulu belum berkeluarga.

Yang terjadi adalah stagnan di bidang ilmu pengetahuan karena tidak ada lagi aktivitas yang menunjang berkembangnya ilmu. Itu sama halnya dengan meruntuhkan sendiri kontruksi ilmu yang telah ia bangun bertahun-tahun. Seharusnya selalu ada porsi waktu untuk mencari ilmu meski sudah menikah. Setidaknya untuk tetap menjaga tradisi belajar.

Begitu seriusnya kita memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga kebutuhan ruhani lupa kita pikirkan. Padahal keduanya harus dicukupi dengan seimbang. Ketika kekurangan uang kita sering cemas, namun bila kekurangan ilmu kita tenang-tenang saja.

Mencari ilmu semestinya tidak menunggu kita memiliki waktu longgar. Karena itu tanda kita tidak bersungguh-sungguh mencintai ilmu. Mencari ilmu seharusnya seperti seorang pengemis yang berjalan dari satu pintu ke pintu lain. Dia tidak menunggu ada orang yang datang memberinya sedekah, tapi terus berjalan dan selalu mencari.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...