Minggu, 15 November 2020

BUKU LITERASI DIRI


Literasi Diri, begitu judulnya. Sebuah buku pemberian (hadiah) dari Prof.Naim minggu lalu. Saya anggap itu salah satu barokahnya silaturrahim ke kantor beliau. Buku yang sebenarnya bukan tulisan beliau sendiri. Namun kumpulan dari beberapa penulis hebat yang dihimpun dalam buku cantik berisi 155 halaman.

Buku ini adalah kumpulan pendapat atau kesan tentang Dr.Ngainun Naim dari para penulis. Dan bukan Prof.Naim kalau tidak kreatif, semua pasti bisa menjadi buku. Dan saya sangat yakin semua testimoni dalam buku ini adalah lahir dari sebuah kejujuran. Pendapat para penulis bukan hanya sebuah pujian yang menjadi pemanis bibir semata. Sudah menjadi kebiasaan alamiah kita, selalu mengolah apa yang kita lihat, kita dengar dan kita alami dalam alam pikiran kita. Informasi-informasi yang kita input tadi akan menjadi sebuah pengetahuan baru dan begitu seterusnya.

Buku ini adalah bukti buah ketulusan dari Prof.Naim. Perjuangan dan dedikasinya di dunia literasi mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Memang ini bukan tujuan utama dari kegigihan usaha panjang menulis. Namun bagaimanapun apresiasi harus kita hargai. Ibarat petani, Prof.Naim mulai melihat bahwa apa yang ditanam dan dijaga selama ini telah berbuah manis. Proses panjang puluhan tahun telah tampak hasilnya, meski ini hanya sisi yang tampak saja. Ada yang lebih besar yang tidak terlihat oleh kita semua, kepuasan batin, kebahagiaan dan harapan ganjaran pahala dari Allah.

Ini adalah cermin bagi kita, bagi saya pribadi. Tidak ada yang instan, semua membutuhkan upaya dan kesabaran yang panjang. Jangan berharap apa yang kau usahakan kemarin, bulan lalu, hari ini sudah kau petik hasilnya. Hidup ini bukan mitos dunia dongeng yang menyajikan berbagai keajaiban. Menggosok lampu gaib, kemudian tinggal menyebutkan tiga permintaan, dan semua akan terwujud dalam hitungan detik saja. Pergulatan dan kesetiaan Prof.Naim dalam menulis adalah inspirasi nyata yang harus kita ambil sebagai pelajaran kehidupan.

Dunia ini adalah medan perjuangan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Dunia adalah ladang akhirat. Tempat menanam kebaikan yang mungkin saja hasilnya sedikit diperlihatkan di dunia ini, namun yang pasti tidak ada yang terlewatkan dari pengawasan-Nya. Kebaikan yang manisnya sudah terasa hari ini adalah hadiah kecil dari Allah sebagai karunia semata. Namun imbalan besar masih menjadi simpanan sampai masanya tiba kehidupan yang abadi nanti.

 

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...