Sabtu, 23 Oktober 2021

BERJUANG DENGAN HARTA



Perjuangan itu memerlukan biaya, tak cukup bermodalkan semangat saja namun juga membutuhkan pengorbanan harta. Bagaimana sejarah mencatat kaum muslimin mampu menaklukkan Persia dan meruntuhkan hegemoni Romawi. Semua karena kegigihan pahlawan-pahlawan Islam yang didukung dengan logistik yang besar.

Sejarah telah mencatat dengan tinta emas. Pada saat persiapan Perang Tabuk Sahabat Ustman Bin Affan menyumbangkan banyak hartanya. Sebelum itu Ustman Bin Affan sudah mempersiapkan kafilah dagang menuju Syam sebanyak dua ratus unta lengkap dengan barang-barang yang diangkutnya dan dua ratus uqiyah. Nilai satu uqiyah emas sebanding dengan 31,75 gram, bila asumsi harga emas sekarang sekitar Rp.900.000, maka satu uqiyah emas senilai Rp.28.575.000. Artinya beliau menyumbang uang senilai hampir 6 miliar. Itu belum termasuk nilai dua ratus unta dan muatannya.

Dengan sedekah sebanyak itu, ternyata masih ditambah lagi dengan seratus ekor unta dengan barang-barang yang diangkutnya, kemudian ditambah lagi dengan seribu keping Dinar (uang emas murni). Bahkan Ustman masih mengeluarkan lagi sedekah hingga semuanya senilai sembilan ratus ekor unta dan seratus kuda. (Dikutip dari Sirah Nabawiyah).

Dalam Sirah Nabi, kita mengetahui banyak sahabat Nabi yang hartanya berlimpah. Misalnya saja; Sahabat Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan Az-Zubayr ibn al 'Awwam. Memang Nabi tidak melarang para sahabatnya memiliki harta yang berlimpah. Dan meski banyak yang statusnya kaya-raya, mereka tapi tidak terbelenggu oleh kekayaannya. Hartanya cukup disimpan di tempat penyimpanannya, tidak diletakkan di hati. Maknanya kekayaan tidak menjadikan mereka pemuja harta, mencintai harta dunia secara berlebihan.

Mereka ringan menafkahkan harta demi menegakkan agama Allah. Sementara untuk kepentingan pribadi mereka mengambil harta hanya sesuai keperluan. Berharta banyak tapi memiliki pola hidup yang sederhana. Pada saat seperti itulah umat Islam mampu menundukkan dunia.

Keadaan sekarang yang kita alami mungkin kebalikan dari masa kejayaan ummat ini. Di saat banyak orang yang memiliki harta namun lebih senang menggunakan hartanya untuk menurutkan segala kesenangan diri. Mencintai dunia dengan berlebihan dan enggan menggunakan hartanya untuk berjuang. Dan inilah salah satu sebab yang menjadikan kejayaan agama mengalami kemunduran.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...