Selasa, 29 Desember 2020

SILATURRAHIM MASA PANDEMI


Kurang canggih bagaimana sarana komunikasi saat ini?. 24 jam (sehari semalam) kita bisa menghubungi teman, saudara, kerabat, rekan kerja dan siapa saja dengan sangat mudah. Sekali sentuh dalam hitungan detik akan terhubung langsung. Tidak sekadar teks atau suara, bahkan sekarang kita sering menggunakan panggilan gambar bergerak (video call). Namun ternyata, secanggih apapun sarana komunikasi jarak jauh tidak bisa menyamai berkomunikasi dengan langsung face to face (bertemu muka).

Memang rasa di hati tidak bisa dibohongi. Kita tentu akan lebih merasa nyaman apabila berkomunikasi dengan secara langsung bertatap muka dibanding dengan melalui telephon atau video call. Apa yang dibicarakan oleh lawan bicara kita tentu akan lebih jelas maksudnya. Karenanya isi pembicaraan pasti akan ditangkap dengan lebih sempurna. Kita bandingkan dengan interaksi melalui sarana alat komunikasi, akan sering terjadi kesalahan pemahaman dan interpretasi yang keliru.

Sudah hampir satu tahun, tidak bertemu dengan teman-teman semasa di bangku Madrasah Aliyah. Dulu (sebelum ada pandemi) kami sering membuat acara kumpul-kumpul meskipun sekadar makan ikan dan ayam bakar bersama kemudian dilanjutkan ngobrol “ngalor ngidul” melepas kangen. Rindu rasanya dengan suasana yang akrab seperti dulu. Usia persahabatan yang sudah puluhan tahun menjadikan kami dekat secara personal, seperti keluarga sendiri. Seperti tak ada jarak antara kami. Asyik saja, semua menyatu dalam suasana yang “gayeng” dan penuh persaudaraan.

Pandemi merubah segalanya. Kini kami tidak bisa silaturrahim secara langsung. Hanya sesekali saling berhubungan via media sosial. Memang rasanya tidak sama ketika bisa saling bersapa langsung, namun keadaan yang memaksa. Pepatah mengatakan, kunjungilah jarang-jarang, niscaya akan bertambah rasa cintanya. Semakin lama kita tidak bertemu dengan orang-orang yang kita rindukan, akan semakin bahagia ketika nanti berjumpa. Akan selalu ada hikmah di balik sebuah musibah. Tidak berjumpa bukan berarti telah lupa, tidak bertemu secara fisik namun hati tetap bertaut dalam doa.

Kita lahir tidak bisa memilih dari orang tua siapa, dari keluarga kaya atau miskin atau atribut sosial yang lain. Namun pada waktunya kita bisa memilih siapa yang bisa kita jadikan teman dekat. Dan rupanya teman baik itu selamanya kita harapkan kehadirannya. Karena memiliki teman yang baik, sama halnya dengan mendapat rezeki yang besar. Sebuah harapan, semoga teman-temanku dan seluruh keluarganya dalam keadaan yang baik-baik saja. Dan bila pada waktunya, akan terjalin lagi silaturrahim yang hangat, tidak hanya bertegur sapa di dunia maya.



 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...