Minggu, 18 April 2021

NIKMAT PUASA



Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, beliau berkata: Bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR Bukhari].

Allah telah memberikan kepada kita nikmat sangat banyak, dan kita tidak akan mungkin mampu menghitungnya. Di antara nikmat tersebut adalah anugerah sehat dan sempat (waktu luang). Tanpa nikmat sehat, kita tidak akan sempurna dalam beribadah. Begitu pun tanpa nikmat waktu luang, kita sulit menemukan kesempatan untuk beribadah terutama di bulan Ramadhan. Banyak saudara kita yang ingin beribadah seperti shalat tarawih dan witir namun terhalang oleh kewajibannya tugas di malam hari.

Di saat kita diberi tubuh yang sehat, kemudian punya kesempatan dan mampu melaksanakan perintah puasa dan ibadah sunah lainnya dengan selalu mengharap Ridha Allah, itu nikmat besar yang wajib kita syukuri. Karena balasan bagi hamba yang menjalankan puasa itu istimewa. “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka, ’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka.

Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya, (AL-Hadits). Berbuka menjadi nikmat luar yang biasa kita rasakan. Ketika perut dalam kondisi lapar, makan apapun terasa lezat. Benar seperti ungkapan, lapar adalah lauk yang paling nikmat. Berbuka juga bisa diartikan ketika kita sudah selesai menunaikan ibadah puasa dalam satu bulan penuh.

Masih banyak di luar sana, Muslim yang diberi kesehatan jiwa dan raga tapi tidak terpanggil melaksanakan perintah puasa, padahal tidak ada udzur yang menghalanginya. Mengapa? Karena mereka menganggap puasa adalah pengekangan. Puasa terasa berat karena dimaknai sebagai penghalang kebebasan. Padahal bila mereka mengetahui, pasti mereka akan melakukan ibadah dengan senang hati. Mereka yang bisa merasakan manisnya ibadah puasa, tidak akan mengeluh lagi karena haus dan lapar. Karena semua itu tak sebanding dengan kebahagiaan di hati dan kenikmatan menjalani ketaatan sepenuhnya.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...