Selasa, 07 Juli 2020

KEMULIAAN PARA PENCARI ILMU

Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap muslim. Memang secara formal jenjang pendidikan itu memiliki tingkatan-tingkatan. Dari tingkatan terendah sampai teratas. Ketika seseorang telah menyelesaikan study S-3 artinya dia sudah mencapai jenjang pendidikan formal tertinggi. Namun bukan berarti sudah selesai kewajiban mencari ilmu. Kewajiban belajar tidak terbatas hanya di bangku sekolah atau kuliah, akan tetapi di mana saja dan akan tetap melekat selama masih hidup.

Seorang guru yang mengajar masih dituntut untuk terus belajar. Mengamalkan ilmu tidak menjadikan ilmunya berkurang, justru akan semakin bertambah ilmunya. Karena hakikat mengajar adalah belajar. “Status” pencari ilmu adalah sebuah kemuliaan. Haus akan ilmu menjadikan kita akan terus termotivasi untuk belajar.

Ketika Manab (nama kecil KH.Abdul Karim pendiri pondok Lirboyo) masih menjadi santrinya Syaikhona Kholil di Bangkalan, beliau sampai “diusir” untuk pulang karena ketekunannya mencari ilmu hingga melupakan urusan pribadinya. Ketika itu usia beliau sudah mencapai 45 tahun, namun masih asyik mengaji pelbagai ilmu sampai “lupa” belum menikah. “Wis Nab muliho, ilmuku wis entek” (sudahlah Nab kamu pulang, ilmuku telah habis). Mungkin seandainya tidak disuruh pulang beliau masih akan mengaji lebih lama lagi.

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)

 

Inilah keutamaan yang menjadikan seseorang ingin selalu menjadi golongan pencari ilmu. Karena seandainya kita kelak meninggal dalam posisi mencari ilmu maka akan dimudahkan menuju karunia Allah.

Dikisahkan oleh Syaikh Hisyam Al-Burhani (telah diunggah oleh sebuah Channel Youtube). Beliau adalah Syaikh Thariqah Sadzlliyah yang lahir di Damaskus tahun 1932. Beliau bercerita, dulu di Damaskus Syuriah ada sebuah pekuburan yang sangat terkenal namanya “Dahdah”. Sebuah pekuburan yang mashur karena di situ banyak dimakamkan para Auliya, Ulama dan Syuhada.

Suatu hari datanglah perempuan menemui penggali kubur untuk minta tolong dibuatkan liang lahat. Setelah itu tidak lama kemudian datang jenazah yang diantar hanya sedikit orang. Ketika jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat, penggali kubur yang sudah ada di dalam siap menerimanya, namun apa yang terjadi, penggali kubur seketika melihat liang kubur menjadi taman yang indah…dan datanglah dua orang penunggang kuda yang mengambil jenazah yang dikubur tadi, setelah itu pingsanlah penggali kubur tadi. Setelah diangkat dan dipercikkan air sadarlah penggali kubur dan ditanya, “Kamu kenapa?” kemudian ia bercerita, “Demi Allah Saya melihat begini, begini…..”. Berkatalah orang yang bertanya, “Mungkin kamu sedang berhalusinasi”.  Beberapa bulan kemudian datang lagi perempuan yang sama untuk meminta penggali kubur membuatkan lubang kubur baru. Sesaat kemudian datanglah iringan jenazah mengantar ke makam untuk dikuburkan. Sekali lagi penggali kubur masuk ke liang lahat untuk menerima jenazah. Seperti kejadian semula, penggali kubur melihat taman indah, taman surga dalam liang lahat, namun kali ini dia tidak pingsan. Kejadian yang sama seperti peristiwa pertama, jenazah diambil oleh dua orang penunggang kuda. Setelah selesai pemakaman penggali kubur mengejar perempuan asing yang meminta tolong kepadanya. “Kamu siapa?”, “dari mana kamu berasal?”. “Ada apa wahai penggali kubur?” perempuan asing menjawab. “Demi Allah aku mengalami peristiwa yang aneh, yang pertama ketika aku memasukkan  jenazah terbukalah taman dari taman surga, yang kedua juga demikian”. “Siapa dua orang yang aku makamkan ini, dan amalan apa yang mereka lakukan ketika hidup, sampai Allah memperlakukan mereka seperti itu?”. Perempuan itu kemudian menjawab, “Mereka adalah dua anak laki-laki saya, yang pertama adalah seorang pencari ilmu, yang kedua adalah saudaranya yang bekerja sebagai tukang kayu dan memberikan kepada saudaranya semua biaya menuntut ilmu”.

Setelah mengalami peristiwa luar biasa ini penggali kubur menuju masjid At-Taubah di Damaskus Syuriah. Masjid yang merupakan tempat leluhur Syaikh Hisyam Al-Burhani berasal. Kakek beliau Syaikh Said Al-Burhani juga tinggal di sana. Penggali kubur berkata, “Saya ingin menuntut ilmu”. Dijawab oleh Syaikh Said Al-Burhani, “Umurmu sudah 45 atau 50 tahun, kemana saja selama ini, mengapa baru sekarang mau belajar, dan kenapa?”. “saya mengalami begini, begini….

Ringkas kisah, penggali  kubur mulai belajar, …dia mengawali belajar Jurumiyah, menghafal beberapa nazhom dan seterusnya mulai sibuk belajar ilmu, sampai ia menjadi ulama yang terkenal, beliau adalah Assyaikh Abdurrahman Al-Haffar. salah satu ulama terkenal di Damaskus. Setelah itu seluruh keluarganya menjadi penunutut ilmu dan banyak yang menjadi ulama terkenal.

 "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujadilah 11)

 

 

 

         

         

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...