Kamis, 13 Agustus 2020

MENULIS DI TENGAH KESIBUKAN

MENULIS DI TENGAH KESIBU

 

Dunia modern identik dengan kesibukan yang padat. Aktivitas yang bertumpuk seakan tidak pernah habis menjadikan kita sampai pada titik kejenuhan. Ketika sebuah tugas selesai dikerjakan, pekerjaan lain menyusul segera dirampungkan. Otak seakan penuh dengan perencanaan-perencanaan kerja yang harus segera dilaksanakan. Bila diumpamakan sebuah wadah kadang serasa hampir penuh otak kita. Begitulah gambaran kehidupan sehari-hari kita saat ini. Seakan tidak ada lagi orang yang memiliki banyak waktu luang. Semua dalam kesibukan, kesibukan yang tidak akan pernah ada selesainya.

Ketika masih kecil sudah sibuk dituntut belajar berbagai macam ilmu. Di waktu dewasa kita akan disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan. Dalam bayangannya banyak yang berangan-angan ketika masa tua nanti tinggal menikmati hasil kerja. Namun ternyata ketika masa tua datang kesibukan dan beban pikiran bertambah banyak. Pekerjaan memang tidak akan akan pernah ada habisnya, dan kesibukan adalah sebuah keniscayaan selama kita masih hidup, jadi jangan berpikir kita akan bebas dari kesibukan dan pekerjaan.

Membiasakan menulis setiap hari menjadi tantangan yang berat bagi mereka yang selalu bergelut dengan aktivitas sehari-hari yang begitu banyak. Kenyataannya, memiliki niat menulis tidak akan mungkin terlaksana ketika menunggu waktu luang. Menurut para penggiat literasi yang paling logis adalah menyisihkan waktu luang. Sehari lima paragraf mungkin membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit sampai satu jam. Sebagian mungkin masih saja menganggap terlalu berat. Bagaimana seandainya sehari satu paragraf?. Satu paragraf sehari yang istiqamah bila kita hitung secara akumulasi akan mendapat hasil yang lumayan. Satu paragraf yang rutin akan membuahkan sekitar enam halaman dalam satu bulan. Hanya dengan satu paragraf sehari, ternyata setelah satu tahun sudah menjadi satu buku. Ini hanya sekadar teori, namun bukan hal yang mustahil bila kita jalankan dengan konsisten. Kuncinya kesabaran dalam menjalani proses menulis.

Berapa waktu yang kita butuhkan untuk satu paragraf sehari?. Hanya sepuluh menit atau sampai lima belas menit sehari. Kita hanya berusaha menyisihkan 15 menit dari 1440 menit. Dan itu hanya 1% dari waktu kita sehari.

Pada akhirnya yang menjadi penghalang tetap diri kita sendiri. Kesibukan akan tetap sering menjadi alasan kita dalam memulai menulis. Selanjutnya komitmen akan membuktikan kesungguhan kita dalam belajar menulis. Apakah kita mampu menyisihkan waktu atau tidak.


 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...