Jumat, 26 Februari 2021

SEPINYA DUNIA SEPAK BOLA #2



 

Bila sepak bola dunia saat ini dalam kesunyian karena digelar tanpa penonton, sepak bola kita semakin lebih sunyi. Bukan cuma karena liga sepak bolanya belum bisa berjalan, namun prestasi timnas kita juga masih sunyi. Jangankan untuk berbicara di pentas dunia, untuk level Asia saja kita masih jauh.

Menurut para pakar sepak bola, banyak yang menyebabkan timnas kita minim prestasi. Mulai dari alasan fisik sampai ke alasan mental bertanding. Dari masalah teknik sampai masalah politik. Pokoknya banyak “urusan” yang katanya menjadi penyebab timnas kita susah mengukir prestasi.

Apa benar fisik pemain kita yang tingginya rata-rata di bawah 175 cm menyebabkan kita sering kalah dari tim lain?. Mungkin saja benar. Karena tim-tim bagus dunia rata-rata tinggi pemainnya di atas 175 cm. Bahkan untuk eropa bisa di atas 180 cm. Tapi sebenarnya kalau kita obyektif, pemain-pemain hebat du dunia juga tidak memiliki tinggi tubuh yang ideal. Sebut saja Maradona dan Messi, mereka tingginya di bawah 170 cm. Karena sebenarnya bukan jaminan postur tubuh pemain yang tinggi akan menjadikan dia lebih unggul dari pemain yang memiliki postur pendek.

Kalau direnungkan, pada dasarnya kemampuan manusia itu tidak jauh berbeda. Ketika terlahir semua dalam keadaan lemah tidak berdaya. Masa kecil di manapun berada pasti tidak akan jauh berbeda. Anak kecil sudah pasti akan senang bermain, tidak peduli anak di desa, kota, di negara maju maupun di negara yang masih berkembang.

Kita ambil contoh misalnya dalam “kasus” sepak bola kita. Ketika masih usia yunior, 12, 15 atau usia 16 tahun, timnas yunior kita mampu bersaing dengan tim-tim besar dunia. Sebut saja dari Amerika latin seperti Brazil, Argentina maupun Uruguay. Atau nama-nama besar dari Eropa seperti Jerman, Italia maupun Inggris. Beberapa kali tim yunior kita yang mengikuti turnamen international (dulu sebelum pandemi) meraih hasil yang memuaskan, meskipun belum berhasil menyabet gelar juara. Setidaknya kita masih bisa bersaing dan meiliki level permainan yang tidak jauh.

Saat ini, tentu tidak layak kita membandingkan prestasi sepak bola kita dengan negara eropa maupun Amerika latin. Sebagaimana tidak layak pula, hari ini kita berbicara untuk go piala dunia. Karena saat ini untuk slot piala dunia dari benua Asia masih dikuasai oleh Jepang, Korea Selatan maupun Arab Saudi. Tapi setidaknya para suporter setia timnas kita sudah sangat rindu kita berprestasi di tingkat Asia Tenggara. Tentu alasan fisik sudah tidak relevan menjadi dalih utamanya. Kita bangsa serumpun yang memiliki fisik yang setara (sejajar).

Ada sebuah anekdot. Seorang narapidana yang hendak dihukum mati ditanya tentang permintaan terakhirnya. Dia sebagai pendukung sepak bola nasional ingin sebelum dieksekusi mati sempat menonton timnas bertanding. Pada awalnya permintaannya akan dipenuhi, tapi akhirnya permintaan terakhir tersebut ditolak mentah-mentah oleh petugas. Karena yang ingin dia saksikan adalah pertandingan Timnas Indonesia pada final piala dunia melawan Brazil….. Ya pasti ditolak, kapan itu bisa terjadi,,, [].

 

 

 

 

 

 

 


Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...