Senin, 19 Oktober 2020

BELAJAR DARI PENULIS BESAR


"Saya menulis cerita Harry Potter sebenarnya tidak khusus kutujukan untuk konsumsi anak-anak, namun saya menulis absolutely for my self (benar benar untuk diriku sendiri).  Itu adalah pengakuan jujur Penulis besar dari Inggris J.K Rowling. Bahkan awalnya dia tidak akan pernah berpikir karyanya akan mendunia. Bukunya dicetak jutaan eksemplar dalam bebagai bahasa di dunia. Obsesi penulis besar seperti J.K Rowling ternyata sesederhana itu. Dia menulis untuk kesenangan dirinya sendiri, tidak membuat target yang tinggi. Baginya, menulis sebagai hiburan untuk diri sendiri agar tidak kehilangan momentum menulis.

Bila menulis dengan senang dan bahagia, karya tulis mungkin akan lebih diterima oleh pembaca. Jangan menulis kalau menulis membuatmu tidak nyaman, membuat tertekan, atau membuat hati tidak senang. Menulis harus bisa menyenangkan hati dan membuat perasaan gembira. Menulis menjadi hiburan. Menulis membuat beban hati menjadi berkurang, dan mampu melegakan perasaan yang kalut.

Mereka adalah penulis yang sebenarnya. Mampu menulis dengan sepenuh rasa. Contoh Penulis besar. Dikatakan sebagai Penulis besar parameternya tentu karyanya yang diterima oleh banyak pembaca. Ya, ternyata menulis tak semudah yang kita kerjakan selama ini. Menulis bukan hanya soal bisa tidaknya seseorang mencurahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Tapi impian menulis adalah membawa keceriaan dan menggerakkan hati. Bagi saya penulis pemula, menulis terkadang belum bisa senatural itu. Mungkin lebih tepatnya belum layak disebut sebagai penulis. Masih terus belajar menjadi penulis. Menulis masih angin-anginan. Terbawa suasana hati, masih berharap mendapat apresiasi dari pembaca. Dan, adakalanya merasa menulis itu penting. Namun terkadang juga kehilangan energi menulis. 

Sebelum sebuah karya dipublikasikan, terlebih dulu diyakinkan bahwa kita bisa menikmati apa yang kita tulis. Bagaimana mungkin kita mengharap orang lain menikmati apa yang kita tulis, sementara kita sendiri yang menulis tidak bisa menikmati proses menulis. Lebih-lebih menikmati apa yang kita tulis. Penulis harus meraih kepuasan dari apa yang ditulisnya, dan pembaca meraih kesenangan dari apa yang dibacanya. Masing-masing pihak mendapat apa yang dicari dari aktivitas menulis dan membaca.

Menulis sepenuh rasa adalah tantangan bagi penulis pemula. Hanya menulis dengan penjiwaan inilah, maka kita mampu untuk menciptakan tulisan yang menyentuh pembacanya. Namun, itu tidak mudah. Banyak penulis pemula yang ingin menjadi seorang penulis karena ‘tergiur’ dengan berbagai tujuan. Menulis memiliki cita-cita yang terlalu ideal. Hal seperti inilah yang kadang membuat kita lalai melibatkan rasa kita agar dapat membuat sebuah tulisan yang menyentuh hati pembacanya.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...