Jumat, 29 Desember 2023

Akhlaq Bertetangga

 



Salah satu akhlaq seorang Muslim adalah bertetangga dengan baik. Tetangga memiliki peranan penting dalam kehidupan kita, karena tetangga merupakan orang yang tinggalnya bersebelahan dengan kita dan seringkali membantu jika ada permasalahan. Bahkan yang sering terjadi, tetangga adalah orang pertama yang kita mintai bantuannya.

Dan karena manusia juga merupakan makhluk sosial, yang mana pasti akan berinteraksi dan membaur dengan orang lain, termasuk tetangga. Untuk itu perlu menjalin hubungan yang baik dengan tetangga.

Untuk membangun kerukunan dan persaudaraan dengan tetangga, diperlukan akhlak dan perilaku yang sesuai. Dan agama Islam pun mengajarkan adab bertetangga yang bisa diterapkan oleh umat muslim. Sebagaimana termaktub dalam surat  An-Nisa ayat 36, Allah berfirman;

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, (QS: An-Nisa 36)

Bentuk perbuatan baik dengan tetangga bisa dengan tolong menolong ketika dibutuhkan, tidak mengusiknya, juga memaafkan kekeliruan yang diperbuat, atau perilaku lain yang terpuji. Bahkan salah satu bentuk menghormati dan menghargai tetangga seperti yang diajarkan Rasulullah yakni apabila hendak menjual atau menyewakan bangunan yang menempel dengan rumah tetangga, hendaknya untuk menawarkan dan berkonsultasi kepada tetangga terlebih dahulu.

Salah satu tanda baiknya iman seseorang adalah baik dengan tetangganya. Rasulullah bersabda: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Muslim).

Islam mensyariatkan kepada pemeluknya agar selalu berbuat baik kepada mereka yang hidup berdampingan, serta tidak boleh berbuat jelek kepadanya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits, yaitu: “Demi Allah, tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya, demi Allah tidak sempurna imannya.” Rasulullah saw. ditanya “Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas keburukannya.” (HR al-Bukhari).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam memposisikan tetangga di tempat yang sangat mulia. Setiap muslim yang mengikrarkan iman harus menyadari hal ini, karena menyadarinya merupakan bentuk kepatuhan terhadap ajaran Islam itu sendiri. Begitu juga sebaliknya, orang yang tidak memberikan hak-hak tetangga, sama halnya dengan tidak patuh pada Islam. Karenanya, dalam beberapa teks hadits disebutkan, bahwa memuliakan tetangga dengan cara memberlakukan dengan baik dan memberikan hak-haknya, merupakan representasi keimanan kepada Allah dan hari kiamat.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...