Jumat, 05 Agustus 2022

Berilmu dan Berakhlaq



Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Artinya:”Bertaqwalah engkau kepada Allah dimanapun berada, dan ikutilah keburukan (kemaksiyatan) dengan amalan kebaikan maka niscaya kebaikan itu akan menghapus (gelapnya) dosa keburukan, serta berinteraksilah dengan manusia dengan akhlak yang mulia”.HR Ahmad, Tirmidzi dan yang lainnya.

Dari matan Hadits Nabi di atas, seakan – akan ada makna yang berbeda antara taqwa dengan akhlaq mulia, namun setelah kita pelajari ada beberapa makna yang bisa simpulkan;

Pertama:  Rasulullah SAW memberikan penekanan pentingya akhlak mulia serta menjelaskan keutamaannya.

Dan Allah banyak menggunakan metode yang serupa di dalam Al-Qur’an, contohnya:

Artinya:”Jagalah dan Laksanakanlah shalat-shalat dan laksanakan juga shalat ashar”. QS Al-Baqoroh 238.

Dalam ayat ini, Allah -subhanahu wa ta’ala- memisahkan shalat Ashar dengan shalat yang lainnya, tujuannya bukan untuk mengeluarkan shalat Ashar dari shalat yang lainnya, namun untuk menjelaskan urgensi dan kemulian shalat Ashar di bandingkan dengan shalat yang lainnya.

Maka demikian juga dengan tujuan Nabi Muhammad di atas, tujuannya adalah untuk menegaskan kedudukan akhlaq mulia dalam Agama Islam.

Kedua: untuk menjelaskan bahwa agama Islam terdiri dari Hablum Minanallahi dan Hablum Minannas. Hablum minallahi diwakili dengan sabda Rasulullah:

Adapun Hablum minannas diwakili oleh sabda Nabi:

Dua hal ini merupakan sisi yang saling menyempurnakan bagi keislaman seseorang.

Ketiga: banyak dari kalangan kaum muslimin yang berpandangan bahwa ketaqwaan seseorang hanya diukur dari banyaknya ibadahnya kepada Allah –subhanahu wataa’la-, dan melalaikan sisi sosial dengan masyarakat, olehnya betapa banyak kita mendapatkan seseorang yang bagus ibadahnya, dan Nampak “cahaya” keshalihan di wajahnya, namun akhlaknya sangat buruk kepada sesama, lisannya yang tajam senantiasa melukai hati masyarakat, maka hadits ini memupus anggapan tersebut, dan menegaskan bahwa keimanan ketakwaan akan semakin sempurna dengan “harmonisnya” antara banyaknya ibadah kepada Allah dengan indah akhlak seorang muslim dalam berinteraksi, bukankah Rasulullah bersabda:

Artinya:”Orang yang paling sempurna imannya, adalah yang paling mulia Akhlaqnya”.HR Ahmad dan yang lainnya.

Orang yang mulia dan terbaik adalah yang baik akhlaqnya, Rasulullah bersabda:

Artinya:”Orang ayang paling mulia adalah orang paling baik akhlaknya”. HR Ahmad dan yang lainnya.

Hadits ini menunjukkan kedudukan yang tinggi bagi akhlak yang mulia, yang mana banyaknya ibadah seseorang dan indahnya akhlaknya bagaikan dua sisi mata uang.

Dan bukankah Rasulullah diutus ke umatnya membawa misi menyempurnakan akhlaq mulia, Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).

Dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang memuji ketinggian dan kemuliaan Rasulullah SAW, diantaranya Q.S Al Qolam Ayat ke-4;

Artinya:”Dan sesungguhnya engkau berakhlak mulia”. QS Al-Qolam 4.

Kemudian dalam banyak hadits Nabi, begitu menekankan pentingnya berakhlaq mulia, sebagaimana pentingnya mengerjakan ibadah-ibadah maghdhoh, seperti sholat, zakat puasa maupun haji. Bahkan seseorang yang memiliki adab, perilkaku yang baik, berakhlaq mulia bisa lebih tinggi derajatnya dari orang yang rajin beribadah namun tidak memiliki akhlaq yang mulia dengan sesamanya.

Rasulullah bersabda:

Artinya:”Sesungguhnya seseorang dengan akhlak yang mulia dapat mencapai derajat orang yang banyak puasanya dan shalatnya”. HR. Ahmad dan yang lainnya.

Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak mempelajari adab, akhlaq mulia orang-orang shalih. Imam Abu Hanifah berkata,

“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.”

Dengan data dan dalil yang telah kita paparkan diatas, maka bisa disimpulkan bahwa berakhlak mulia merupakan amalan yang wajib hukumnya, bahkan ia merupakan bagian kesempurnaan iman seseorang.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...