Senin, 06 Juni 2022

Sujiwo Tedjo Sang Maestro



Dalam beberapa hari terasa sulit menulis. Entahlah, apa yang terjadi. Sudah bolak-balik saya berburu inspirasi dengan membaca karya-karya sang maestro presiden Jancukers, Sujiwo Tedjo, masih saja belum dapat ide menulis. Salah satu cara menumbuhkan ide kembali adalah dengan banyak membaca. Dan semua penulis pasti sepakat dengan cara ini.

Banyak penulis bagus di negeri kita. Beberapa penulis besar karyanya menjadi favorit saya. Dari dulu Cak Nun sudah saya kagumi. Kini Sujiwo Tedjo menjadi penulis kedua yang karyanya sering saya baca. Tulisannya memang “nyleneh” dari penulis pada umumnya. Tapi justru itulah daya tariknya, menurut saya.

Dalam menulis Sujiwo Tedjo sering menggunakan diksi yang menggelitik. Yang khas dari dia adalah pengetahuan budaya Jawa-nya yang begitu luas. Dunia pewayangan dan seluk-beluknya juga dikuasai. Maklum, selain seorang penulis Sujiwo Tedjo juga seorang dalang. Penulis yang sekaligus dalang, atau dalang yang sekaligus penulis.

Sebagai penulis Sujiwo Tedjo memiliki ide yang selalu segar dan tidak ketinggalan isu yang aktual. Jangan heran bila tema tulisannya sebenarnya adalah kritik yang tajam, tapi disampaikan dengan gaya guyonan. Itu sama artinya menampar dengan penuh “kelembutan”. Bahasanya sebenarnya tidak kasar, meski terkadang karakter jawa timurannya yang keras tampak nyata dalam tulisan-tulisannya.

Itulah Sujiwo Tedjo dalam pandangan saya. Satu yang paling menarik, dia adalah orang yang berdaulat. Dia bukan tipe orang yang suka berpura-pura, selalu tampil dengan apa adanya. Tentunya ini berbeda dengan kebanyakan orang. Umumnya orang sekarang akan tampil dengan penuh pencitraan. Lihat saja media sosial saat ini, setengahnya hanya tentang pamer, dan setengah berikutnya adalah menonjolkan kelebihan sendiri.

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...