Senin, 01 Maret 2021

IBU, SEJUTA CERITA TENTANGMU



Sejuta Cerita Tentang Ibu. Karya Antologi terbaru yang kebetulan sempat ambil bagian dalam penulisannya. Melihat karya antologi tentang ibu ini, yang terbayang dalam angan saya, betapa ibu memiliki tempat yang istimewa di hati kita. Mungkin yang dikisahkan oleh para penulis di buku ini hanyalah sepenggal cerita tentang ibunya. Ribuan peristiwa kasih sayang ibu tidak akan mungkin bisa kita ceritakan. Ketika kita masih dalam rahimnya, di saat terlahir sebagai penghuni baru dunia, atau di saat-saat kita masih lemah dalam “gendongannya”. Sejuta kisah masa kecil kita ada dalam lembut belaian tangannya. Dan semua cerita itu hanya ibu yang tahu dan bisa merasakannya.

Mengingat ibu, adalah mengenang sejarah hidup kita. Ibu bagai permata berharga yang kita miliki. Tak peduli setinggi apa pendidikan kita, sebanyak apa prestasi yang telah dicapai di hadapan ibu kita hanyalah anak “kecil” yang mesti patuh. Bagaimana kita bisa merasa tinggi di depan ibu, sedangkan surga ada di bawah kakinya. Ibu adalah “keramat” kita di dunia. Keridhaan Allah ada dalam keridhaan ibu. Tak mungkin hidup kita bahagia bila kita melukai hatinya.

Namun tidak semua anak memuliakan ibunya. Cerita Malin Kundang nyata ada dalam kehidupan dalam versi yang berbeda. Saya mengutip beberapa cerita duka dari media online. Seorang ibu kandung digugat oleh empat orang anak perempuannya karena perebutan tanah warisan. Sidang kasusnya digelar di Pengadilan Negeri (PN) Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Kamis (23/7/2020) lalu. Kemudian berita yang lain, seorang ibu berusia 67 tahun dengan lima anak, digugat anak kandungnya sendiri di Pengadilan Negeri Kendal, Jawa Tengah. Warga Kelurahan Candiroto, Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal, ini pun harus berhadapan dengan hukum.

Bagaimana bisa seorang anak menggugat ibunya di pengadilan?. Apa dia telah lupa pernah tinggal dalam rahim ibunya. Apa dia tidak bisa memahami bahwa kelahirannya adalah buah pengorbanan besar ibunya. Dan bisa saja karena itu nyawa yang menjadi taruhannya. Apa dia bisa mengganti setiap tetes air mata dan air susu ibunya yang telah menjadi sebab tumbuh tubuhnya dengan sempurna. Tidak, sama sekali tidak. Bahkan seandainya kita serahkan apa yang kita miliki semuanya.

Berbahagialah kita yang masih didampingi ibu. Masih bisa melihat senyum di balik raut wajahnya yang menua. Merasakan sentuhannya meski tidak selembut dulu. Menyandarkan kepala di tubuhnya dan mendengar cerita ibu. Ibu, akan selalu ada sejuta cerita tentangmu, dan semua itu adalah cerita kasih sayangmu pada kami dan kisah rinduku padamu ibu.

Selamat Istirahat.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...