Rabu, 24 Juni 2020

BETUL BETUL BETUL

Yah, hampir semua tahu judul di atas adalah tagline salah satu pemeran utama dalam sebuah serial animasi dari negeri Jiran Malasyia, Upin dan Ipin. Sebuah serial animasi yang sangat digemari di Indonesia. Tampilan gambar 3 dimensi yang bagus membuat serial animasi ini menarik banyak penonton anak-anak. Banyak faktor mengapa serial animasi Upin dan Ipin begitu populer tidak sebatas di negeri asalnya bahkan di beberapa negara ASEAN. Serial ini tampaknya terinspirasi dari slogan pariwisata Malasyia, “Malasyia Trully Asia”, Malasyia adalah sebenar-benarnya Asia, begitu mungkin terjemahan bebasnya.

Dalam serial animasi Upin dan Ipin banyak menampilkan karakter ras (suku) yang ada di Malasyia; Upin dan Ipin, Kak Ros serta Opa adalah karakter potret keluarga Melayu, Xiao Mei mei dan Uncle Ah Tong adalah karakter Tionghoa, Jarjit Singh mewakili ras Punjabi India, Susanti dari keluarga Indonesia. Inilah yang hendak ditampilkan dalam serial animasi Upin dan Ipin, keberagaman Malasyia.

Membuat animasi yang berkualitas bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebagai contoh serial animasi dari Rusia Marsha and The Bear. Untuk membuat satu buah episode yang berdurasi sekitar 7 menit, ternyata produser memerlukan waktu proses pembuatan selama satu bulan…wow. Sebuah proses kerja yang tidak main-main. Demikian pula dalam proses pembuatan animasi Upin dan Ipin, Proses yang panjang dimulai dari pembuatan konsep cerita dan Penokohan, pembuatan Storyboard, modeling semua karakter dan semua Objek dalam Scene, Pewarnaan dan Tekstur Model 3D (Texturing), rigging dan baru Penganimasian.

Dan hasilnya kita bisa melihat, sampai hari ini serial Upin dan Ipin menjadi program paling digemari anak-anak di Indonesia. Serial animasi impor ini telah menjadi “war tool” bagi negara Malasyia. Sama seperti K-Pop dan Drama Korea (Drakor) dari Korea Selatan, Bollywood dari India atau Hollywood dari Amerika Serikat. Serial animasi Upin dan Ipin secara eksplisit telah menjadi sarana promosi kebudayaan Malasyia. Kegandrungan dengan tayangan ini sangat menguntungkan Malasyia sebagai negara asalnya. Bukan sekadar bidang budaya, dari sisi ekonomi akan memberi dampak yang sangat positif bagi mereka. Mereka akan lebih mudah menjual produk mereka karena sudah dikenal oleh negara manca.


Mengapa kita sering tidak berdaulat di negeri sendiri? Kebutuhan pangan, buah-buahan kita bergantung ke negara Thailand, Vietnam dan Amerika Serikat. Kebutuhan energi minyak juga bergantung dari negara-negara produsen minyak bumi; Saudi Arabia, Nigeria dan Australia. Terus,… sekedar hiburan anak-anak kita hanya menjadi penonton di negeri sendiri. Upin dan Ipin, Doraemon, Pokemon, Marsha and The Bear, Sinchan….semua adalah produk impor dari negeri seberang.

Kapan kita mampu menjual produk budaya kita yang laku di negeri sendiri bahkan mampu ekspansi ke negara tetangga kita ?

Jawabannya adalah ketika kita sudah sadar sepenuhnya bahwa era sekarang adalah zaman persaingan ketat yang harus dimenangkan. Kita tidak boleh lengah dengan “cultural ideology” yang laksana air bah membanjiri negeri kita. Harus kita dukung dan kita apresiasi stasiun tv yang mampu melahirkan serial animasi lokal karya anak bangsa meskipun belum sepopuler produk impor. Ada serial Adit Sopo dan Jarwo, Nussa dan Rara, Si Unyil dan yang lainnya. Atau…, Jangan bersedih kelak anak-anak kita kehilangan akar tradisi budayanya, tercabut dan digantikan dengan budaya asing yang sebenarnya tidak semuanya memiliki kesesuaian dengan bidaya bangsa kita yang luhur.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...