“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Mahateliti”.
(QS al-Hujurat: 13)
Pola pandang keduniawian salah satunya adalah dampak dari kemajuan di bidang teknologi. Kemajuan teknologi menjadikan kita tidak tersekat lagi dengan jarak yang jauh, dan dengan media sosial kita mampu berinteraksi dengan cepat dengan kolega kita di manapun berada. Kemajuan teknologi di bidang komunikasi telah banyak memberi manfaat bagi umat manusia, namun di sisi lain banyak pula memberi mudharat bagi kita.
Kita
sadari atau tidak ada pergeseran nilai dalam masyarakat yang cenderung menjadi
hedonis, sifat yang mengagungkan dan mengutamakan kenikmatan dunia. Tata
hubungan dalam masyarakat bergeser dari sillaturrahim saling mengunjungi menjadi
hubungan di media sosial (jejaring sosial). Yang menjadikan kita gundah, media
sosial sering digunakan sebatas untuk publikasi kegiatan sehari-hari yang
sebenarnya lebih bersifat privasi seperti, aktivitas belanja, aktivitas jalan-jalan
dengan keluarga atau makan-makan di tempat yang mewah. Meskipun hal itu
tidaklah terlarang, namun ada bahaya yang sedang mengancam kita, yakni kita cenderung
terjangkit penyakit riya’ (syirik kecil). Bahkan sampai pada kegiatan ibadah pun dipublikasi lewat jejaring sosial sekadar ingin mendapat like.
Tanpa disadari, sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa hidup bukan hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa, bahwa esensi dari penciptaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya kepada-Nya. Semua perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi mereka yang beramal karena Allah, Allah sendirilah yang telah menjamin pahala dan balasannya.
Bila sudah mulai ada tanda-tanda terjangkit virus ini? Menurut para alim, jalan keluarnya adalah dengan berusaha untuk ikhlas di setiap amal yang kita kerjakan, dan selalu berupaya protektif menjaganya. Karena setan tak akan pernah menyerah untuk memberikan bisikan-bisikannya demi menggoyahkan dan merusak keikhlasan seseorang. Agar manusia menjadi budak sesamanya, beramal untuk kepuasan semu, serta mencampuradukkan tujuan hakiki amal shalih dengan tujuan bathil.