Rabu, 02 September 2020

(MASIH) RAGU MENULIS

 



Sering kita mengalami keraguan ketika hendak menulis. Ragu memilih tema apa yang sesuai dan menarik. Ragu apa tulisan kita sudah baik dan layak untuk dibaca dan keraguan-keraguan yang lain. Memilih tema yang tepat dan menarik pembaca memang tidak mudah. Tentu kita hanya akan menulis suatu bidang yang kita kuasai. Terkadang kita memilih realitas di sekitar kita, kejadian sehari-hari, pengalaman hidup kita atau gagasan kita yang bisa dituangkan menjadi sebuah tulisan. Hal-hal sederhana keseharian kita menjadi pilihan terakhir ketika kita tidak mau repot-repot membuat tulisan yang “njlimet” dan membutuhkan waktu untuk berpikir. Atau harus sibuk mengumpulkan literatur yang sesuai. Yang terpenting tulisan yang disajikan dapat tuntas dan mampu menyampaikan bahan secara lengkap kepada pembaca. Jelas, memulai menulis lebih baik daripada menunda menulis dengan alasan apapun. Keterbatasan kecakapan seseorang bukan dalih yang bisa membenarkan kita tidak mau menulis. Masih sangat banyak preferensi yang bisa kita pilih yang membawa manfaat.

Menulis berarti membangun kepercayaan diri. Dengan terus menulis menjadikan pikiran buruk, lemah dan kurang percaya diri akan terkikis. Kita sedang membangun kekuatan pikiran yang menafikan semua anggapan buruk kita hanyalah sebuah mitos. Tindakan (menulis) yang terus kita ulang akan menjadi sebuah kebiasaan baru.

Untuk dapat menguasai sebuah topik bahasan, dapat dilakukan dengan banyak membaca. Konsep-konsep menulis dan menguraikan permasalahan perlu dipelajari terus-menerus. Membaca adalah mengumpulkan bahan untuk ditulis, diibaratkan dengan penjual yang sedang belanja stok barang. Tentu untuk menjual barang, pedagang mutlak mencari segala macam jenis dagangan terlebih dahulu. Dengan sering membaca kita jadi mengetahui model-model tulisan yang dapat ditiru. Gaya bahasa penulis-penulis yang sudah kita kenal karyanya sejak dulu. Mengetahui bukan untuk meniru sepenuhnya. Hanya sebatas rujukan belajar kita.

Keraguan dan ketakutan kita memulai menulis sebenarnya tidak beralasan. Semua memiliki bakat menulis yang masih tersembunyi, belum nampak. Ide, buah pikiran dan imajinasi itu luas tidak terbatas. Dengan memulai semua akan terasah dan terampil pada waktunya. Yang dibutuhkan adalah kesabaran dalam melalui proses belajar yang panjang.

Ketika kita sudah berhasil mengalahkan keraguan dan mulai membangun keberanian menulis, di saat itulah kita mampu mengendalikan pikiran kita. Kita mampu mengesampingkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran-pikiran positif. Template kepala kita sudah ada “ruang khusus” untuk menampung ide dan menuangkan dalam tulisan-tulisan. Kita akan terbiasa berpikir kritis. Selalu berusaha melihat dunia dari sisi yang lain. Jangan ragu lagi, mari menulis, karena nanti di masa yang akan datang orang akan mengenangmu, ada jejak yang tertinggal sebagai bukti kita pernah ada. Menulislah, karena menulis menjadi simpanan kebaikan kita bagi generasi kemudian.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...