Minggu, 13 September 2020

MENULIS PENGALAMAN HIDUP


Dalam sesi Ngaji Literasi, tema “Menulis Itu Mudah” dijelaskan bahwa menulis itu bisa diawali dari hal sederhana seperti kegiatan sehari-hari. Sisi yang menarik adalah, tema tulisan tidak selalu sesuatu yang berat atau serius, sehingga orang yang membaca harus berpikir keras untuk bisa mengerti dan paham apa maksud dari si penulis. Aktivitas rutin yang biasa pun bisa menjadi bahan tulisan. Hal-hal lumrah yang biasa kita alami pun bisa menjadi bahan tulisan. Setiap saat kita pasti melewati pengalaman yang menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, membanggakan atau pengalaman unik lain, itulah obyek yang akan kita sulam menjadi buah pena.

Sebenarnya apa manfaat menulis kegiatan sehari-hari, pengalaman pribadi atau kisah perjalanan hidup yang kita lalui…?

Sebagian orang tentu berpikir, kita bukan siapa-siapa, apa pentingnya menulis kisah hidup  atau pengalaman yang sederhana. Apa juga perlunya orang lain mengetahui pengalaman kita yang tidak istimewa, hanya perjalanan hidup yang biasa-biasa saja. Tentu berbeda dengan orang besar yang tergolong tokoh atau publik figur. Kisah hidup mereka pasti akan banyak yang menulis. Fase-fase penting perjalanan hidup yang dilaluinya. Bahkan sampai harus menulis biografi untuk mereka. Sebuah kumpulan tulisan yang di dalamnya menjelaskan riwayat atau kisah hidup dari seorang tokoh yang ditulis orang lain.

Tapi apakah benar kisah hidup kita tidak ada guna atau faedahnya untuk ditulis? Nanti dulu, asumsi ini mungkin saja ada benarnya meskipun juga tidak mutlak seluruhnya. Pasti ada sisi manfaat yang diperoleh dari menulis kisah pengalaman hidup kita. Menulis aktivitas atau pengalaman pribadi adalah metode berlatih menulis setiap hari tanpa harus terbebani dengan masalah “ribet” memilih tema tulisan. Sebagian calon penulis masih menunda memulai aksinya karena merasa tidak memiliki keahlian pada bidang tertentu. Mereka kebingungan harus menulis apa. Ini jawabannya, tulis saja segala kegiatan yang kita kerjakan. Kemampuan menceritakan setiap kegiatan dalam bahasa tulisan kelak bisa menjadi bahan membuat cerita pendek atau menjadi bahan menulis prosa. Atau bahkan bisa pula menjadi materi menulis otobiografi.

Banyak yang sepakat bila dikatakan sebagian besar kita tidak mengenal silsilah atau garis keturunannya. Leluhur yang kita kenal namanya mungkin sampai generasi ketiga di atas kita saja. Mengapa? Karena tak ada selembar pun tulisan yang mencatat nama-nama mereka apalagi kisah hidup mereka. Jika hari ini kita menulis, sama halnya dengan memiliki sesuatu yang berharga untuk diwariskan. Tulisan kita akan menjadi dokumen kisah yang penting dan masih akan bisa dibaca oleh anak cucu dan generasi nantinya meskipun kita sudah tak lagi ada di dunia ini. Pengalaman atau cerita kehidupan yang sebelumnya sederhana berubah menjadi “harta” yang berharga yang bisa jadi pelajaran untuk generasi penyambung kita. Dan ini setidaknya menambah bukti bahwa menulis pengalaman pribadi memiliki manfaat. Minimal bermanfaat bagi kita sendiri, atau keluarga kita.

Sebuah ilustrasi berikut mungkin semakin menambah argumentasi bahwa menulis peristiwa sehari-hari itu memiliki manfaat. Seorang ibu menulis setiap hari tentang kehidupan putranya yang baru lahir. Semua ditulis dalam catatan yang rapi. Perkembangan apa yang dicapai anaknya, ketika mulai merangkak, mulai berjalan dan belajar kemampuan berbicara semua didokumentasikan tanpa ada yang ketinggalan. Ibu tadi telah merekam semua pertumbuhan dan perkembangan anaknya dalam catatan hariannya sampai usia belasan tahun. Kira-kira ada manfaatnya tidak semua catatan tebal ibu tadi? Sangat sarat bermanfaat, itu adalah manuskrip penting observasi panjang yang akan sangat berguna dalam riset pertumbuhan dan perkembangan anak.

Fakta-fakta yang telah diurai tersebut sedikit banyak akan mengubah pandangan atau pendapat yang menganggap menulis aktivitas sehari-hari atau kisah hidup kita itu tidak ada perlunya. Justru saya melihat tidak ada segi buruk mengabadikan kisah perjalanan hidup kita. Sebaliknya akan banyak sisi kemaslahatannya.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...