Rabu, 20 April 2022

Menurunnya Empati, Fenomena Apa?



Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 ketika kami takziyah di tetangga kami. Warga sekitar juga belum banyak yang berdatangan. Hanya tetangga dekat dan kerabat yang sudah berkumpul dan mengurus jenazah. Ada hal yang menarik perhatian saya, ketika saya melihat di seberang jalan tampak orang-orang yang hendak berangkat kerja. Sebagian juga bersiap mengantar anak-anaknya ke sekolah.

Sejujurnya saya heran. Mengapa seseorang bisa bersikap “masa bodoh” seperti itu. Di saat tetangga depan rumahnya yang hanya dipisahkan jalan raya mendapat musibah, tak sedikit pun tampak rasa bela sungkawanya. Dengan santainya mereka beraktivitas (kerja) seolah tidak ada kejadian apa-apa. Nalar saya tidak bisa mencerna apa alasan mereka begitu acuh. Apa mereka tidak mengenal tetangganya karena selama ini tidak pernah bergaul. Atau mereka bukan seorang muslim yang tidak punya kewajiban terhadap saudara sesama muslim.

Apakah mereka tidak berpikir atas nama kemanusiaan. Berusaha menyempatkan datang sebentar dan sedikit “sandiwara” menyatakan ikut berduka cita. Apakah mereka tidak pernah memahami bahwa manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan bantuan orang lain. Apakah ketika mereka mati bisa mengurus dirinya sendiri?. Sekali lagi saya tidak bisa memahami sikap semacam itu.

Dulu, katanya bangsa kita adalah bangsa yang dikenal ramah. Suka menolong dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Begitu citra yang dikenal bangsa-bangsa manca tentang Indonesia. Berbeda dengan karakter bangsa barat yang cenderung individual, bangsa kita memiliki empati kepada orang lain.

Banyak hal yang membuktikan bila bangsa kita memiliki kepedulian sosial dan rasa empati. Dalam masyarakat kita sering menyaksikan praktik gotong-royong, memberi santunan yatim piatu dan orang miskin, menolong orang tanpa pamrih dan aktivitas sosial lainnya. Dan hal itu sudah lama berjalan dan lestari dalam masyarakat kita. Tapi hari ini, kita tidak yakin lagi dengan identitas masyarakat kita. Apakah nilai luhur yang selama ini dijunjung masih tetap dipegang teguh. Banyak indikasi yang muncul ke permukaan, pelan-pelan masyarakat kita berkurang empatinya dan kini menjadi apatis.

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...