Jumat, 19 Januari 2024

Memburu Ketenaran

 



Hanya sedikit manusia yang tidak suka dikenal oleh orang banyak, populer atau tenar. Kebanyakan orang menyukai popularitas karena dengan ketenaran akan sangat mudah mendapatkan uang. Lihat saja mereka yang memiliki jutaan follower di media sosial, sekali meng-endorse sebuah produk, uang akan mengalir deras ke rekening. Singkatnya ketenaran dianggap sama dengan kekayaan.

Dari satu sisi, memang dengan ketenaran seseorang mudah menghasilkan uang, namun di sisi lain ketenaran juga akan merugikan. Ketenaran bisa menjadikan orang sangat terbatas ruang geraknya. Maksudnya semakin terkenal dia tidak lagi memiliki privasi, di mana-mana akan diperhatikan orang, setiap langkahnya akan disorot menjadi perbincangan. Hilang sudah kemerdekaan dirinya.

Bila ditinjau dari ilmu agama, ketenaran akan perlahan-lahan menyeret kita dalam ketidakikhlasan dalam beramal. Ketenaran bisa merubah niat seseorang dalam beramal. Setiap melakukan suatu kebaikan atau ibadah, bisa saja seseorang terdorong untuk memamerkan pada orang lain. Hilanglah kemurnian ibadah, karena dia beramal agar dilihat orang.

Sebenarnya belum tentu orang yang terkenal hidupnya pasti bahagia. Ada sebuah fakta yang banyak orang ketahui. Para selebriti, artis terkenal dunia banyak yang mengakhiri hidupnya karena depresi. Hidupnya yang begitu tenar ternyata penuh tekanan dan jauh dari kebahagiaan.

Mendambakan dan memburu ketenaran, kata orang bijak diibaratkan bagaikan semut yang melihat genangan madu kemudian terpukau. Semakin ia berusaha meraihnya ke tengah semakin tenggelam dalam genangan madu. Akhirnya, celaka si semut.

 




Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...