Selasa, 06 September 2022

Min Haitsu La Yahtasib

 



Di saat “tenguk-tenguk” sambil nunggu kopi pahit yang masih panas, terdengar salam seseorang. Rupanya tetangga datang sembari membawa bungkusan. Setelah basa-basi sebentar tetangga kami pulang tanpa menyempatkan duduk barang sejenak.

Tak sedikitpun ada dalam angan-angan saya, sore ini akan dapat rezeki “istimewa”. Semangkuk besar umbi Gembili kukus yang masih hangat siap disantap menemani kopi yang kini sudah hangat-hangat kuku. Segala puji hanya milik-Mu ya Allah. Engkau yang menggerakkan hati manusia hingga melangkahkan kaki-kaki mereka mengantarkan rezeki-Mu kepada orang yang telah Kau tetapkan.

Dalam hati takjub dengan hal “kecil” sore ini. Bila memang sudah menjadi bagian kita, rezeki akan tetap datang tanpa kita duga bagaimana caranya. Buah yang ranum di ujung benua nun jauh di sana, atau ikan yang hidup di dasar samudera yang dalam tetap sampai di meja makan kita bila sudah menjadi rezeki kita. Jadi jangan pernah khawatir dengan urusan rezeki, karena semuanya sudah dalam ketetapan-Nya.

Keyakinan terhadap jatah rezeki yang telah Allah rencanakan tidak serta-merta menjadikan kita hanya menunggu dan berdiam diri saja. Allah mencintai hamba-Nya yang berikhtiar di jalan yang diridhai. Rezeki memang sudah ditetapkan, tetapi kita diperintah menjemputnya dengan cara yang halal.

Bekerja dengan niat mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya merupakan ibadah. Hidupnya tidak digantungkan dari sekadar pemberian orang. Sedangkan mereka yang malas dan hanya menunggu datangnya rezeki jelas telah menyia-nyiakan waktu. Hilang keberkahan waktu yang diberikan karena hanya habis dengan sia-sia.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...