Sabtu, 11 Juli 2020

MELURUSKAN NIAT

Apa harapan menjadi anggota grup “Ma’arif Menulis”

Sebuah pertanyaan yang membuat saya berpikir dan melihat ke belakang kembali. Sebenarnya pertanyaan ini bisa saya jawab dengan ringkas, namun saya ingin menggambarkan dengan utuh, apa alasan dan tujuan mengikuti grup WhatsApp “Ma’arif Menulis” yang luar biasa ini.

Sebelumnya saya tidak pernah mengikuti kegiatan workshop, seminar atau pelatihan literasi. Dunia literasi dan dinamikanya merupakan hal yang masih asing bagi saya. Semua berubah ketika mengikuti materi Literasi Digital dalam kegiatan BIMTEK Kepala Madrasah yang dilaksanakan di Kampus STAI Diponegoro di Ngantru. Materi yang disampaikan oleh Dr.Ngainun Naim telah membuka dan merubah pandangan saya. Pertemuan yang menjadi titik awal tumbuhnya semangat mendalami literasi. Materi yang menjadi inspirasi menulis saya. Seakan baru sadar ternyata selama ini terkungkung dalam pemahaman yang salah. Pemahaman yang keliru terkait dunia literasi.

Rupanya materi Literasi Digital tidak hanya berhenti dalam kegiatan BIMTEK, keinginan teman-teman membentuk grup menulis sejalan dengan harapan saya. Grup yang menjadi sarana upgrading dari materi yang disampaiakan pada saat BIMTEK. Grup yang diharapkan membangkitkan semangat dan percaya diri dalam menulis. Harapan saya untuk lebih mendalami dan menekuni dunia menulis mendapat wadah yang tepat. Beruntung saya menjadi bagian dari “Ma’arif Menulis”, komunitas yang dibimbing langsung oleh Dr.Ngainun Naim. Motivasi beliau untuk menulis dan terus menulis sejauh ini telah berhasil membangkitkan semangat menulis saya.

Jujur, belum pernah selama ini punya keberanian menulis. Memang sering membuat catatan dalam buku, namun hanya dibaca sendiri, malu jika tulisan dibaca orang. Dulu tahun 2009 sempat membuat Facebook, bertahan hanya sekitar satu tahun, kemudian saya nonaktifkan sampai sekarang. Alasannya sederhana, bingung membuat status. Membuat status yang asal-asalan seperti kebanyakan orang malu, namun membuat status yang panjang juga malu dikira sok idealis. Intinya kembali pada kurang percaya diri dalam menulis gagasan.

Ketika Dr.Ngainun Naim menganjurkan membuat blog, pada awalnya juga masih ragu. Malu kalau membuat tulisan, dipublikasikan dan dibaca orang. Namun dengan niat belajar, semua rasa malu saya abaikan. Kalau tulisan saya kurang bermutu kemudian dikritik itu adalah hal yang wajar, karena masih dalam tahap belajar. Satu judul, dua judul terus mengalir hingga kini sudah puluhan judul artikel.

Ada satu nasihat yang saya pegang dari beliau (Dr.Ngainun Naim), menulis landasannya adalah “Ikhlas”. Berangkat dari ikhlas seakan beban psikologis dalam menulis hampir seluluruhnya hilang. Saya tidak menghiraukan lagi apakah tulisan saya dinilai kurang bagus, apakah tulisan yang saya upload dibaca dan memberi manfaat banyak orang atau hanya sedikit saja. Yang pasti saya akan tetap menulis. Karena menulis telah memberi banyak manfaat bagi saya pribadi. Menulis telah banyak mengisi waktu saya dengan berpikir yang positif, menjadikan hari-hari saya lebih produktif. Banyak saat-saat yang biasanya diisi dengan hal yang tiada guna menjadi berfaedah. Ketika dulu belum punya kebiasaan menulis, lazimnya kalau ada waktu longgar akan berbaring santai nonton tv atau buka Youtube sambil tidur malas-malasan. Namun sejauh ini ketika ada waktu luang biasanya diisi dengan membaca.

Mengikuti grup Ma’arif Menulis tujuan utama adalah belajar menulis pada Dr.Ngainun Naim. Mengharap keberkahan ilmu yang nantinya bermanfaat bagi saya pribadi maupun orang lain. Mengikuti grup ini harapannya menjaga semangat menulis terus hidup, seorang penulis harus berada di komunitas menulis juga.“Burung yang sejenis akan hinggap di ranting yang sama”.

       

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...