Jumat, 11 Februari 2022

MELAWAN SAKIT

                             


                                                                           

Jangan sampai sakit. Karena besok ada kegiatan penting yang harus diikuti. Dan tidak cuma satu kegiatan, tapi ada beberapa kepentingan lain yang mesti diselesaikan. Seakan sakit saya anggap orang yang hendak berkunjung. Harus mengikuti keinginan saya kapan waktunya harus datang.

Ketika tubuh mulai merasakan gejala sakit segera saya membeli obat di apotek terdekat. Maksud hati biar gejala sakit segera hilang, tidak berlanjut menjadi sakit sungguhan. Rupanya bukannya berkurang tetapi justru menjadi lebih berat. Apalah daya, sakit akan datang pada saatnya meski kita belum “bersedia” menerimanya.

Gejala tidak beres di badan bukannya mereda tapi semakin terasa berat. Tenggorokan terasa kering, akan menjadi lebih sakit ketika beraktivitas makan dan minum, serasa menelan jarum. Suhu badan naik, tapi badan menggigil kedinginan laksana menusuk sampai tulang sumsum. Kepala yang pening semakin menambah lengkap keluhan tubuh yang sedang sakit.

Biasanya kalau sudah begini “terpaksa” harus pergi ke dokter. Mungkin saya termasuk tipe orang kuno, lebih sering menggunakan obat-obat tradisional (herbal) daripada obat kimia. Kalaupun menggunakan obat, biasanya hanya obat dengan dosis ringan. Berobat ke dokter menjadi pilihan setelah obat-obatan yang dijual bebas sudah tidak mempan lagi mengatasi keluhan di badan

Begitulah tabiat manusia. Maunya sehat terus padahal sakit sudah pasti akan datang menimpa. Karena hidup ini memang selalu berpasang-pasang. Ada saatnya sehat dan ada pula waktunya sakit. Sebagaimana ada masa bahagia tapi pasti ada pula saatnya merasa sedih.

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...