Jumat, 03 Juli 2020

TEMAN LAMA


Sudah agak lama saya abaikan “teman-teman” baik saya. Entah sudah beberapa tahun, hingga tidak ingat lagi… Teman yang sebenarnya cukup akrab dulu. Kini rasa rindu kebersamaan seperti dulu tumbuh lagi, kebersamaan dengan teman-teman setiaku, buku.

Terlalu lama menyia-nyiakan buku, akhir-akhir ini baru tergerak hati melihat kembali tumpukan buku di beberapa lemari. Sebagian sudah berdebu karena memang jarang dibersihkan apalagi dibaca. Dulu sebenarnya bisa dibilang suka buku, lumayan sering membaca. Koleksi memang belum ribuan, mungkin baru di angka ratusan. Sedikit demi sedikit mulai saya tata kembali tumpukan buku yang tidak teratur di lemari. Membersihkan debu-debunya dan menyusun kembali dengan rapi. Menurut cerita yang pernah saya baca, Bung Hatta adalah sosok yang sangat mencintai buku. Beliau setiap hendak membaca buku selalu meniup buku terlebih dahulu meskipun tidak ada debunya, kemudian menciumnya, baru setelah itu membuka pelan-pelan setiap halamannya untuk dibaca.


Entah alasan apa sehingga beberapa tahun terakhir sudah jarang membaca. Alasan kuno mungkin karena banyak aktivitas sehingga tidak sempat membaca. Tidak membaca buku sebenarnya bukan berarti berhenti membaca sama sekali. Buku perannya sedikit terganti media internet, hampir setiap hari masih membaca artikel berita dari website media: Kompas, Tribunnews, detiknews, vivanews dan beberapa portal berita lain.

Seiring dengan proses belajar menulis yang sedang intens rasanya ada yang kurang. Ya, kurang membaca buku. Baru dirasa peran buku tidak semuanya bisa diganti dengan media online. Secanggih apapun dunia tak akan menjadikan buku tersisih fungsinya. Buku akan tetap eksis sepanjang masa.

Dalam perenungan beberapa hari ini ada kesimpulan mengapa kita lebih banyak manfaat membaca buku daripada membaca media internet dan berselancar di dunia maya.

Pertama, membaca buku bisa lebih fokus, kita bisa konsentrasi dengan satu pokok tema tidak meloncat ke tajuk yang lain. Sering saya alami ketika membaca sebuah artikel di internet belum selesai sudah tergoda dengan berita yang lain, dan terkadang kita tidak memperoleh “makna” dari membaca seperti itu.   


Kedua, buku yang kita baca sumbernya jelas, jelas penulisnya, penerbitnya atau daftar pustaknya. Beda dengan media di internet terkadang artikel berasal dari sumber yang tidak jelas sehingga susah dijaga kevalidan beritanya.

Ketiga, membaca buku lebih sehat bagi mata kita daripada membaca di laptop atau smartphone karena tidak ada radiasi dari buku yang kita baca. Tentu beda dengan membaca menggunakan gadget apabila terlalu lama dikhawatirkan menimbulkan masalah bagi mata.

Keempat, membaca buku bisa dimana saja, di kebun, tepi sungai atau di sawah. Memang menggunakan gadget juga bisa dilakukan di tempat-tempat tersebut, namun memiliki limit waktu karena tergantung energi baterai.

Kelima, tidak terganggu dengan hal lain yang tidak penting. Ketika membuka portal berita di internet kita sering terganggu dengan iklan. Memang sedikit menjengkelkan di internet sekarang sangat banyak iklannya, niat hati ingin membaca artikel namun sering terganggu dengan iklan yang muncul. Di dunia maya kita juga akan terganggu dengan orang-orang yang berkomentar jelek “nyinyir”. Sedangkan membaca buku bebas dari komentar-komentar negatif dari para netizen yang sedikit banyak membuat pikiran kita menjadi keruh.

Saya yakin masih ada kelebihan lain membaca buku bila dibandingkan dengan membaca di website. Meskipun juga website memiliki peran yang penting juga bagi para pecinta dunia membaca. Di sisi lain kita pasti akan menemukan kelebihan-kelebihan membaca di website dibanding dengan membaca buku.

****

         

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...