Kamis, 18 Juni 2020

OLAHRAGA MENULIS

Kalau terdengar kata olahraga, pikiran sebagian besar kita pasti akan ingat sepak bola, volley ball, tenis, bulu tangkis, lari dan yang sejenis dengan itu semua. Jarang kita mengingat kalau catur juga masuk dalam kategori olahraga. Bridge (kartu), sudoku, atau bahkan teka-teki silang bisa dikategorikan olahraga, olahraga otak. Memang olahraga otak tidak sepopuler olahraga fisik dan permainan. Banyak orang mengenal, bahkan anak kecil juga tahu siapa Cristiano Ronaldo, Lionel Messi atau Muhammad Salah. Mereka adalah para pesohor bintang lapangan hijau (sepak bola), olahraga yang paling digemari di dunia. Nama-nama grandmaster dunia catur seperti: Anatoly Karpov, Boby Fischer atau Gary kasparov, sudah pasti masih asing di telinga masyarakat kita, banyak yang tidak tahu atau bahkan mendengar pun belum pernah.

          Olahraga otak memiliki manfaat yang banyak juga sebagaimana olahraga fisik. Olahraga otak dapat membuat syaraf-syaraf baru terbentuk sehingga mencegah gejala dimensia atau kepikunan sejak dini. Menulis bila kita lihat dari segi manfaatnya sama dengan olahraga otak. Menulis memberi ketenangan, meningkatkan daya pikir karena otak yang digunakan berpikir akan tercukupi asupan gizinya. Menulis menjadikan otak terasah dan menjadi tajam (kritis).

Satu persamaan lain manfaat olahraga baik fisik ataupun otak adalah melatih kesabaran. Permainan sepak bola selama 90 menit adalah bentuk kesabaran menyerang untuk mencetak gol dan meraih kemenangan atau kesabaran membuat pertahanan. Skema strategi dijalankan dengan penuh kesabaran dan akan diulang terus menerus ketika belum membuahkan hasil. Ini pointnya, kesabaran. Menulis juga melatih kesabaran. Ketika mendapat ide biasanya segera kita mengetiknya, namun ternyata begitu mendapat satu atau dua paragraf, seakan hilang apa yang ada di otak kita. Entah kemana ide yang tadi berkeliaran dalam angan-angan. Saat itulah kita berlatih untuk sabar. Sementara bisa kita tinggalkan dulu, beralih ke aktifitas lain seperti membaca, mendengarkan musik atau aktifitas ringan yang lain. Biasanya ide yang tadi hilang akan timbul kembali.

Kesabaran menjadi sangat penting, karena kalau kita tidak memilikinya ide yang akan kita tulis tidak akan pernah selesai menjadi sebuah karya yang sempurna.

Sebuah kisah bisa kita jadikan iktibar tentang kesabaran. Seorang pemuda bekerja sebagai pencari batu di sungai, pekerjaan sehari-harinya memecah batu yang besar dijadikan kepingan batu kecil-kecil. Ketika menemukan batu yang besar pemuda tadi berusaha menghancurkan batu dengan palu besarnya. Sekali pukul, dua kali, batu masih tetap utuh. Kemudian dipukul terus sampai puluhan kali, masih juga batu belum bisa dipecahkan. Akhirnya dia putus asa, dan berhenti memukul batu besar itu. Tak lama berselang lewatlah seorang kakek di dekat pemuda. Kakek tadi bertanya kepada pemuda yang duduk di dekat batu dengan wajah yang murung. “Apa yang membuatmu sedih nak?”, anak muda menjawab, “Saya telah memukul batu ini sampai seratus kali namun belum dapat memecahkannya”. Kemudian sang kakek meminta palu besar yang dibawa pemuda dan menyuruhnya untuk sedikit menjauh. Dipukullah batu tadi, sekali belum pecah, pukulan kedua masih belum berhasil, begitu pukulan ketiga…prakk… batu besar terbelah jadi dua bagian. Heranlah pemuda pencari batu, “Saya telah memukulnya sampai seratus kali namun belum berhasil, tapi kakek hanya memukul tiga kali sudah pecah, kakek pasti orang sakti”.  Kakek misterius tersenyum dan berkata, “Tidak nak, saya bukan orang sakti, cuma kamu tidak sabar, sebenarnya batu tadi bisa pecah bila dipukul 103 kali, namun kamu berhenti ketika di pukulan ke 100”.

Menulis sudah pasti memiliki banyak manfaat, namun mungkin sisi kesamaan dengan manfaat olahraga luput dari perhatian banyak orang. Kemampuan otak manusia yang luar biasa menurut banyak ahli baru sedikit yang sudah digunakan. Potensi besar lain masih belum digunakan, masih menganggur. Bila olahraga fisik sisi manfaatnya hanya bagi orang yang melakukannya, namun olahraga menulis bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Wallahu ‘alam

       

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...