Sabtu, 15 Januari 2022

FENOMENA “FLEXING” DI MEDSOS

 



Media sosial akhir-akhir ini seolah menjadi panggung untuk pamer harta. Muncul banyak anak-anak muda yang mengklaim sebagai orang kaya baru. Bahkan mereka tidak segan menyebut dirinya sebagai “sultan” atau “crazy rich”.

Untuk meyakinkan banyak orang (netizen) para “sultan baru” tadi tampil dengan gaya super mewahnya. Memkai pakaian yang serba mahal, asesoris bermerek terkenal dari luar negeri hingga memakai mobil sport yang pasti mahal harganya seperti Lamborgini, Ferrari dan Rolls Royce. Yang membuat kita heran, saldo rekening bank yang nominalnya 12 digit juga merek pamerkan.

Begitu bangganya mereka diakui sebagai orang yang sukses yang kaya raya. Rasa malu seakan tidak ada lagi. Padahal budaya luhur dan ajaran agama kita mengajarkan untuk rendah hati dan tidak sombong dengan apa yang dimiliki. Kita semua menyadari apa yang menjadi milik kita hari ini hanya sekadar titipan yang sewaktu-waktu pasti akan diambil oleh pemilik yang sebenarnya.

Umumnya mereka yang kaya mendadak adalah kalangan selebritis yang terjun di platform Youtube. Dengan modal ketenaran mereka tanpa kesulitan mendulang penonton dan subcriber di akun Youtube yang dikelola. Jadi meski konten yang “dijual” kurang bermutu tetap saja mereka mendapat penghasilan yang berlimpah.

Dunia digital merubah dengan cepat banyak hal dalam kehidupan masyarakat kita. Kalau zaman dahulu untuk menjadi kaya harus melalui kerja keras dan proses panjang, sekarang banyak orang bisa menjadi kaya dengan cara yang instan. Tidak perlu memiliki aset yang besar seperti pabrik dan perkebunan untuk menjadi kaya, karena dengan modal populer juga bisa menjadi kaya raya. Mungkin ini yang menjadikan orang pamer (flexing) kekayaan, karena secara mental mereka belum siap menjadi kaya.

 

 

 

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...