Rabu, 26 Agustus 2020

MENULIS SURAT

 

MENULIS SURAT

Kapan kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. Generasi remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.

Tapi kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek, atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin

Memang benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.

Sudah pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang penting dalam sejarah dakwah Islam.


Kapan kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. 

Generasi remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.
 

Tapi kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek, atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin
 

Memang benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.
 

Sudah pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang penting dalam sejarah dakwah Islam.

MENULIS SURAT

Kapan kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. Generasi remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.

Tapi kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek, atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin

Memang benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.

Sudah pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang penting dalam sejarah dakwah Islam.

MENULIS SURAT

Kapan kira-kira terakhir menulis dan mengirim surat? Maksudnya surat pribadi bukan surat dinas. Bukan pula semisal surat menyurat administrasi perkantoran. Kemungkinan jawabannya hampir sama. “Sudah lama sekali tidak menulis surat”. Dulu, ketika belum ada Handphone, di saat komunikasi tidak semudah sekarang ini menulis surat adalah hal yang lazim. Pada zamanya surat masih menjadi pilihan media komunikasi jarak jauh. Anak-anak banyak yang memiliki sahabat pena, menjalin pertemanan dengan orang-orang yang jauh hanya dengan saling kirim surat. Generasi remaja era 90-an tentu masih akrab dengan surat menyurat. Biasanya untuk mengungkapkan ketertarikan pada seseorang akan mengirimkan surat yang dirangkai dengan bahasa seindah-indahnya bagai sebuah melodi. Begitulah romantisme anak-anak muda masa lalu. Hati girang ketika menerima surat yang biasanya diantar lewat kurir teman sendiri. Ya, tentu menjadi lucu kalau memberi surat diantar sendiri.

Tapi kini semua telah jauh berubah. Surat menyurat sudah menjadi cerita usang. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu pesat surat tidak lagi menjadi pilihan sarana komunikasi. Surat dianggap tidak lagi efektif untuk sarana komunikasi. Menyampaikan pesan cukup dengan mengetik pesan yang pendek, atau meninggalkan pesan suara, bahkan sekarang mampu berbicara dengan menampilkan gambar sekaligus. Bagaimana surat tidak tergilas dengan semua itu. Kini anak era milenial tidak mengenal sama sekali surat menyurat. Pantaslah ketika tidak masuk sekolah tidak bisa membuat surat izin

Memang benar bila ditinjau dari kebutuhan informasi yang serba cepat, surat memang tidak efektif lagi. Namun ditinjau dari sudut budaya menulis, surat memiliki peran penting dalam pengembangan literasi. Berkorespondensi menjadikan terampil menulis sehingga membuahkan karya tulis yang tertata indah yang bisa dinikmati oleh pembacanya. Menulis surat adalah praktik membuat karya tulis. Menulis surat lebih mirip membuat karangan atau membuat puisi. Kumpulan surat RA.Kartini menjadi sebuah buku Habis Gelap Terbitlah Terang adalah bukti sahih bahwa menulis surat adalah bagian dari kegiatan sastra. Menulis surat memerlukan rakitan kata indah dan menyentuh hati. Tulisan yang tersusun indah menjadi sebuah karya yang begitu berharga. Isinya bisa narasi panjang pengalaman penulisnya, tak jarang seseorang menggambarkan sebuah suasana dengan sangat detail dalam surat yang ditulisnya. Bagaimana dia menceritakan rumah tempat tinggalnya atau alam indah di desanya, itu sama artinya dia sedang membuat karangan deskripsi.

Sudah pasti menulis surat memiliki banyak manfaat. Bahkan, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam teladan kita, menjadikan surat sebagai media dakwah. Beliau melakukan korespondensi dengan beberapa raja dan amir. Beliau pernah mengirim surat kepada Najasi, Raja Habasyah, Mauqauqis Raja Mesir, Kisra Raja Persia dan Qaishar Raja Romawi. Beberapa raja yang mendapat surat dari Nabi menyatakan ke-Islamannya. Ini menunjukkan bahwa surat memiliki peran yang penting dalam sejarah dakwah Islam.

Nasionalisme Lapangan Hijau

  Kalau bicara tentang sepak bola, masyarakat Indonesia jagonya. Meski cabang olah raga sepak bola belum menorehkan prestasi di level duni...