Orang kaya tidak pasti pecinta dunia. Abu Bakar, Usman BinAffan dan Abdurrahman Bin Auf adalah model orang yang banyak harta tapi tidak terikat hatinya dengan duniawi. Sementara orang miskin tidak pasti zuhud. Bisa saja dia menjadi miskin tetapi bukan pilihannya. Sebenarnya hasratnya besar terhadap harta, tapi rupanya “nasib” membawa dia pada hidup serba kekurangan.
Harta dititipkan oleh Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya. Ada orang yang sebenarnya tidak menginginkannya, tapi justru mendapat amanat harta. Banyak pula yang sangat mendambakan harta tetapi Allah tidak memberinya kepercayaan.
Banyak yang diuji dengan kemiskinan tapi mereka tetap memiliki iman yang kokoh. Sebaliknya, ujian berupa amanat harta yang banyak terkadang membuat seseorang lupa segalanya. Ia menjadi pecinta harta, lupa dengan Dia pemilik harta sebenarnya. Harta seakan menjadi faktor tunggal meraih kebahagiaan di dunia ini.
Memang benar, banyak hal menjadi mudah ketika seseorang berharta. Tapi harta bukan segalanya. Nyatanya mereka yang berharta belum tentu menemukan kebahagiaan yang diimpikannya. Tak mampu hartanya membeli kebahagiaan.
Kata orang, kasur indah bisa dibeli oleh mereka yang berharta. Tapi tidur nyenyak selamanya tak akan bisa dibeli. Begitu pula rumah mewah bisa dimiliki oleh mereka yang berharta banyak, tapi ketenangan hidup tak akan bisa dinilai oleh harta seberapa pun banyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar