Fenomena astronomi Aphelion yakni posisi titik terjauh dari Bumi
ke Matahari dalam orbitnya diklaim dapat menyebabkan suhu bumi menjadi lebih
dingin tersebar luas di pelbagai media sosial. Saya yakin Grup-grup WA Anda juga
dibanjiri dengan postingan itu.
Fenomena Aphelion sebenarnya setiap tahun terjadi. Ini adalah
siklus normal dari perputaran bumi mengelilingi matahari. Orang tua kita zaman
dahulu menyebut dengan musim “bedhidhing”. Istilah ini untuk menyebut perubahan suhu yang
mencolok khususnya di awal musim kemarau.
Yang saya ingat masa
kecil dulu, musim dingin ini ditandai dengan pohon randu yang berbunga.
Khazanah ilmu orang tua zaman dulu selalu teliti dengan tanda-tanda alam, kita
menyebut dengan ilmu “titen”. Menurut narasi yang beredar di medsos, fenomena Aphelion yang
terjadi sejak awal Juli 2024 akan berdampak hingga Agustus 2024.
Yang menarik, mengutip laman KOMINFO klaim bahwa Aphelion dapat
menyebabkan suhu bumi lebih dingin menurut ahli astronomi adalah tidak benar
dan tidak didukung oleh bukti ilmiah. Perubahan suhu global Bumi lebih
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti aktivitas matahari, pola sirkulasi
atmosfer, dan komposisi gas rumah kaca.
Para pakar juga mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati
dalam menyebarkan informasi di media sosial. Inilah pentingnya untuk
memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikannya. Informasi yang tidak
didasari fakta ilmiah seringkali dapat membingungkan masyarakat dan mengganggu
pemahaman yang benar tentang fenomena alam.