Apa yang diterima
oleh pancaindera manusia sering dipersepsikan dengan tidak tepat. Sebagai contoh, jika
ada dua orang yang sedang berbicara, namun tidak memiliki latar belakang yang
sama, maka akan sering terjadi salah pemahaman. Begitu pula dunia media yang saat
ini sangat gencar dengan berbagai informasi, justru menimbulkan kerancuan
bahkan tidak jarang mengakibatkan kisruh.
Ketika seseorang
tidak memiliki cukup informasi tentang suatu tema atau situasi, maka mereka
mungkin akan membuat kesimpulan yang salah. Makanya tidak heran bila kita
menyaksikan perdebatan antara dua orang atau antarkelompok, yang ternyata keduanya
tidak memahami dengan sempurna topik yang sedang mereka perdebatkan.
Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda; “Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam”
. Diam adalah solusi untuk selamat. Jika kita tidak bisa berkata dengan baik
lebih aman sebaiknya diam.
Hari ini dikatakan diam
bukan hanya dengan menutup mulut, tapi juga menahan jari untuk berkomentar di
platform medsos yang kita miliki. Kalau dengan berbicara banyak manfaat yang
didapatkan, maka harus bicara. Tapi sebaliknya bila berkata menimbulkan banyak mudharat,
tidak perlu kita ikut bicara.
Sata kalimat yang buruk
bisa berbuntut panjang. Terlebih bila sudah kita sebarkan di dunia maya. Maka akan
sangat sulit menghapus kekeliruan kita karena terlanjur menyebar ke mana-mana.
Menghapus jejak digital tidaklah mudah. Akan lebih sulit lagi menghapus catatan
amal buruk dari ucapan kita yang pernah menyakiti banyak orang.