Seorang
Kiai yang ramah dan menyenangkan, begitu kesan pertama yang saya rasakan ketika
bertemu dengan beliau. Di saat memasuki rumah sederhana yang rapi kami disambut
dengan senyuman yang hangat sambil menyapa dengan akrab seolah kami sudah lama
saling mengenal. Beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Darul Istiqomah
Bondowoso, KH.Masruri Abdul Muhit, L.c.
Acara Kopdar Sahabat Pena Kita (SPK) ke-11 yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Istiqomah Bondowoso Sabtu 6 Juli 2024, diawali dengan ramah tamah di kediaman pengasuh pondok yakni KH.Masruri Abdul Muhit, L.c.. Sebenarnya pontren telah menyiapkan sarana penginapan berupa asrama yang mirip kamar hotel. Tapi kami tidak sempat memakai istirahat karena rombongan dari Tulungagung tiba sesaat menjelang azan Subuh.
Meski kondisi masih kelelahan,
suasana akrab dan sambutan yang luar biasa dari tuan rumah menjadikan kami
sangat nyaman. Kedekatan dan suasana kekeluargaan semakin terasa ketika kami
dijamu sarapan sembari berbincang-bincang ringan. Tanpa terlihat canggung Bapak
Kiai Masruri menemani kami sarapan sambil sesekali bercerita ihwal kegiatan pesantren
yang beliau pimpin.
Dari perbincangan momen sarapan
dan ngopi bersama beliau saya sedikit tahu tentang sejarah Pondok Darul
Istiqomah Bondowoso. Pondok DARIS (Darul Istiqomah) berdiri pada tahun 1994
dengan santri awal 7 anak. Prinsip awal mula mendirikan pesantren adalah
mengaji yang menyenangkan. Untuk menarik masyarakat, pesantren menyediakan
lapangan sepak bola guna bermain. Bukan hanya santri, masyarakat sekitar
pondok juga banyak yang main sepak bola di lapangan yang siapkan pesantren.
Saat ini pondok DARIS telah
jauh berkembang. Aset tanah yang dimiliki kini sudah mencapai 10 hektar. Dari
lahan seluas itu baru 4 hektar yang digunakan untuk fasilitas bangunan
pesantren. Jumlah santri putra dan putri saat ini sudah mencapai 700 anak. Untuk
melengkapi jenjang pendidikan di pesantren saat ini Kiai Masruri sedang
mendesain untuk berdirinya perguruan tinggi di lingkungan pondok.
Sudah pasti, sebagai pengasuh
pondok pesanteren Kiai Masruri sangat sibuk. Namun beliau tetap rajin menulis. Beliau
mengaku bukan penulis yang baik, karena kebanyakan karyanya hanya sekedar
cerita tentang pengalaman hidup. Tapi tekad beliau menulis terus terjaga karena
beliau meyakini setiap tulisan pasti ada pembacanya. Meski mengaku bukan
penulis yang baik nyatanya beliau adalah penulis yang menghasilkan milyaran
rupiah. Menurut cerita beliau, pernah ada orang yang wakaf tanah satu hektar
gegara tersentuh membaca buku yang beliau tulis.
Pertemuan dengan pengasuh
pontren DARIS, KH.Masruri Abdul Muhit, L.c membuat saya terkesan dan merenung panjang.
Sosok beliau yang bersahaja membuat saya kagum. Sebagai pengasuh pondok sebesar
itu sebenarnya beliau bisa tampil serba mewah, namun justru sebaliknya. Kecintaan
beliau pada dunia literasi menginspirasi kita semua, bahwa menulis adalah salah
jalan agar hidup kita lebih bermakna.