Gus Mus (KH.Mustofa Bisri), suatu saat pernah dawuh. Saat ini mengajak umat Islam untuk zuhud adalah suatu hal yang sangat sulit. Hidup di akhir zaman layaknya yang kita alami saat ini, dipenuhi dengan syahwat duniawi yang menggebu-gebu. Kebanyakan orang mencintai dunia melebihi dari yang lainnya. Lalu bagaimana menawarkan zuhud di tengah umat yang orientasinya mengejar dunia.
Pengertian zuhud adalah upaya manusia mengalihkan perhatiannya jauh dari dunia. Orang yang bersikap zuhud adalah mereka yang hanya fokus pada kepentingan akhirat atau surgawinya. Meski menurut beberapa pendapat juga menyebutkan, zuhud bukan berarti melupakan dunia. Karena kita hidup di dunia yang tidak mungkin lepas dari segala urusan duniawi.
Zuhud sebenarnya tidak selamanya dimaknai dengan meninggalkan perkara duniawi. Mengamalkan zuhud tidak selalu ditampilkan dengan hidup miskin dan membenci harta benda. Karena dalam praktiknya, banyak ulama salaf teladan umat yang hidup dengan banyak harta. Hartanya tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan berlimpah untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
Bedanya, bila orang kaya yang cinta dunia akan selalu menumpuk harta kekayaan dan menghitung-hitungnya. Ia akan selalu merasa kurang dan akan terus berusaha mengumpulkan lebih banyak lagi. Sementara orang zuhud tidak mencintai kekayaan yang dimilikinya, ia menyimpan semua hartanya pada tempat penyimpanannya. Dia tidak meletakkan harta dalam “hatinya”, sehingga sewaktu hartanya habis karena dinafkahkan di jalan Allah, ia tidak merasa kehilangan.
Harta dunia sering menjadi sumber malapetaka bila berada di tangan para pecinta dunia. Namun, kekayaan dunia sekadar menjadi sarana yang menyampaikan para Zahid ke ridha Allah. Segala kekayaan duniawi tidak akan mampu memalingkan cintanya pada ilahi. Karena dia sudah yakin, tujuan hidupnya bukan mencari kemegahan negeri fana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar