Tidak lama setelah Abu
Bakar dibaiat menjadi Khalifah untuk memimpin umat Islam, beliau menghadapi
beberapa masalah krusial. Muncul beberapa orang yang mengaku menjadi nabi,
sementara ada beberapa kabilah menyatakan keluar dari Islam atau murtad. Selain
murtad, mereka yang masih bertahan dengan Islam tak mau membayar zakat kepada
Abu Bakar.
Ada yang yang
beranggapan bahwa pembayaran zakat sebagai upeti yang sudah tak berlaku lagi
sesudah Rasulullah tiada. Zakat, menurut hemat mereka, boleh dibayarkan kepada
siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpinnya di Madinah. Mereka
mogok tak mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini mereka tidak
tunduk kepada Abu Bakar.
Umar bin Khattab selaku
sahabat dekat Khalifah Abu Bakar berpendapat untuk tidak memerangi umat yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sementara Khalifah Abu Bakar teguh
mempertahankan pendiriannya, untuk memerangi kelompok yang tidak mau membayar
zakat. Kedua sahabat utama Nabi itu berbeda pendapat bahkan berdebat tajam,
tapi tetap saling menghormati.
Pada riwayat yang
lain dikisahkan, Umar mendatangi Abu Bakar dan berkata bahwa mayoritas korban
perang Yamamah adalah para penghafal Al-Quran. Sebab gugurnya mereka, Umar
khawatir sebagian besar Al-Quran juga akan hilang, dan ia (Umar) punya
pendapat, sebaiknya Abu Bakar segera memerintahkan seseorang untuk melakukan
dokumentasi atau pengumpulan Al-Quran.
Abu Bakar merespon
pendapat Umar tersebut dengan bertanya tentang sesuatu yang belum pernah
dilakukan oleh Rasulullah Saw. Umar kemudian menjawab disertai sumpah ‘demi
Allah, ini adalah ide yang baik’. Umar terus membujuk Abu Bakar hingga Allah
memberi ‘kelapangan dada’ Abu Bakar dan akhirnya ia setuju dengan usulan Umar.
Kemudian Abu Bakar menugaskan tugas mulia ini kepada Zaid Bin Tsabit.
Dalam sejarah Islam,
kita memiliki khazanah tokoh-tokoh besar yang memberikan teladan kepada umat, Abu
Bakar dan Umar di antaranya. Meski sahabat, ternyata Abu Bakar dan Umar sering
berdebat. Tentu perdebatan mereka bukan masalah pribadi tetapi masalah yang
esensial dan kepentingan kemaslahatan umat.
Sahabat yang baik
adalah orang yang selalu ada untuk mendukung, mau memberikan nasihat ketika
diperlukan, dan bahkan mengkritik kita agar menjadi pribadi yang lebih baik.