Bagi seorang pengajar
al-Qur’an, memiliki sanad dalam membaca Qur’an sangat penting. Sanad Al-Qur'an
adalah silsilah keilmuan yang bersambung dari guru-guru Al-Qur'an yang
pernah mengajar hingga kepada Rasulullah SAW. Sanad Al-Qur'an juga disebut
"jalur matan". Cara membaca al-Qur’an yang sesuai kaidah terpelihara
karena sanad yang terus dijaga.
Sabtu, 20 Juli 2024 kemarin
kami berkesempatan belajar Surat al-fatihah yang bersanad dari Syaikh Mahmud
Abdul Bari M.Rajih Guru besar Qira’ah Sab’ah dai Mesir. Bertempat di masjid
Jaidi Campurdarat acara tersebut diikuti oleh puluhan guru mengaji maupun imam
masjid dari berbagai daerah Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam
belajar surat al-Fatihah menggunakan cara talaqqi. Talaqqi adalah metode
pengajaran Al-Qur'an yang melibatkan pertemuan langsung antara guru dan
murid. Dalam metode ini, guru membacakan ayat dan murid menirukan bacaan
gurunya, atau murid menyetorkan bacaannya secara langsung kepada guru.
Satu persatu kami menghap ke Syaikh Mahmud Abdul Bari M.Rajih dan melafalkan surat al-Fatihah. Kami
harus mampu melafalkan sesuai yang beliau contohkan sekaligus menirukan gerak
lisan agar tepat makhorijul hurufnya. Makhorijul huruf penting untuk
dipelajari agar bisa membedakan bunyi huruf satu dengan yang lain. Jika
tidak, huruf tersebut akan terdengar seperti huruf lainnya, yang bisa mengubah
arti kata atau bacaan dalam Al-Qur'an.
Alhamdulillah, acara yang
dimulai dari pagi dapat diselesaikan pada malam harinya. Kesempatan belajar
langsung pada Syaikh Mahmud Abdul Bari M.Rajih menjadi sebuah pengalaman yang berharga.
Kedatangan beliau yang difasilitasi Yayasan Istana Qur’an Indonesia menjadi berkah bagi
para pengajar al-Quran, karena bisa belajar surat al-Fatihah yang bersambung
hingga Rasulullah.